Mengantisipasi hal itu, Nadiem membeberkan cara agar hilangnya kompetensi pembelajaran itu bisa diminimalisasi. Hal ini bergantung dengan sistem pendidikan di satuan pendidikan, khususnya guru.
Nadiem mengatakan, untuk mengejar ketertinggalan, guru tak bisa memaksa siswa untuk mencapai standar dari satu mata pelajaran. Menurutnya, pemaksaan dalam mencapai standar nilai tidak akan efektif, bahkan malah menambah stres pelajar.
"Tidak mungkin kita akan bisa mengejar ketertinggalan kita kalau guru-gurunya pun tidak punya diskresi untuk memilih saya mau fokus di sini, saya fokus mana yang paling conditional, mana yang paling ketinggalan dan lain-lain, jadi ini logika sangat sederhana ya kalau kita ngejar semuanya, kita enggak bisa ngejar ketertinggalan," tuturnya dalam webinar Bangkit Bareng, Selasa, 28 September 2021.
Baca: Bukan Klaster Sekolah, Ini yang Lebih Dikhawatirkan Nadiem
Menurutnya, para guru lebih baik memberikan fleksibilitas bagi anak untuk belajar demi mengejar ketertinggalannya. Hal ini lebih baik ketimbang harus mencecar para murid belajar dua kali lipat lebih banyak dari sebelumnya.
Nadiem bilang, hal itu bisa dilakukan dengan cara membagi murid sesuai kompetensinya. Dengan begitu, pemerataan serta pemberian kurikulum bisa disesuaikan.
"Memperbolehkan guru dan dan kepala sekolah memilih berapa persentase waktu yang mereka fokus untuk mengejar ketertinggalan, mungkin murid-murid yang dibagikan kelas berdasarkan kompetensi dan berapa level ketinggalan mereka, itu adalah aspek-aspek yang sangat penting sekarang," ungkap Nadiem.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id