Sejarah dan Latar Belakang Terjadinya Perang Padri. Foto: OSC Medcom
Sejarah dan Latar Belakang Terjadinya Perang Padri. Foto: OSC Medcom

Sejarah dan Latar Belakang Terjadinya Perang Padri

Putri Purnama Sari • 19 Januari 2023 11:57
Jakarta: Perang padri adalah salah satu perang saudara dengan campur tangan politik adu domba yang dilakukan oleh kolonial Belanda.
 
Perang padri ini berawal dari kaum adat yang masih sering melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan islam seperti berjudi, penyabungan ayam, penggunaan madat, mabuk-mabukan, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam
 
Sementara, kaum padri yang terdiri dari ulama berusaha untuk menasehati kaum adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Kaum adat kemudian menolaknya, sehingga terjadilah perang padri yang berlangsung pada 1803-1821.

Pada saat perang pada tahun 1803-1821 antara kaum padri dan kaum adat masih murni tanpa bantuan dari pihak asing atau Belanda, kaum adat merasa kewalahan dan kalah. Oleh karena itu, kaum adat akhirnya meminta bantuan Belanda dengan imbalan sebagian wilayah Minangkabau akan diberikan jika Belanda bisa membantu kaum adat melawan kaum padri.
 
Baca: Sejarah Perlawanan Indonesia pada Belanda Sampai Abad ke-20

Setelah itu, pada tahun 1822-1832 perang antara kaum adat dan kaum padri terjadi lagi, namun dalam perang kali ini, kaum adat dibantu oleh Belanda. Kaum padri saat itu dipimpin oleh Datuk Bandaro, namun setelah beliau wafat digantikan oleh Tuanku Imam Bonjol.
 
Kaum padri dengan taktik gerilya dapat mengacaukan pertahanan Belanda. Belanda yang kewalahan pun akhirnya mengajak mengadakan perundingan. Tanggal 22 Januari 1824 diadakan perjanjian Mosang dengan kaum Padri. Namun, perjanjian tersebut dilanggar oleh Belanda sehingga kemudian diadakanlah lagi perjanjian Padang pada tanggal 15 November 1825.
 
Alasan Belanda melakukan perundingan dan perjanjian sendiri adalah untuk mengulur waktu karena Belanda tidak mampu membendung serangan Padri sebab bantuan dari Jawa tidak dapat datang karena sedang terjadi perang Diponegoro. 
 
Setelah perang Diponegoro selesai, Belanda kembali melakukan penyerangan terhadap kaum padri dibawah pimpinan Letnan Kolonel Ellout yang disusul dengan pasukan dibawah pimpinan Mayor Michiels dibantu dengan bantuan dari Jawa.
 
Pada tahun 1833-1838 akhirnya kaum adat dan kaum padri sadar bahwa mereka sebetulnya hanya diadu domba. Akhirnya, mereka pun bersatu untuk kembali perang, namun perang yang kali ini dilakukan adalah untuk mengusir Belanda. Perang tersebut dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.
 
Pada tahun 1832 dengan cepat Lintau, Bukit, Komang, Bonjol, dan hampir seluruh daerah Agam dapat dikuasai oleh Belanda. Melihat hal itu, kaum padri dan kaum adat seperti tidak rela, Akhirnya kaum padri pun dan kaum adat bersatu melawan penjajah.
 
Kemudian terjadi pertempuran yang sangat sengit. Pertempuran pada tanggal 12 Agustus Belanda memerlukan waktu dua bulan untuk dapat menduduki benteng Bonjol, yang didahului dengan pertempuran yang sengit.
 
Akhir dari perang Padri sendiri adalah ditangkapnya Tuanku Imam Bonjol setelah terjadi pengepungan Benteng Bonjol dan Tuanku Imam Bonjol dapat ditipu dan ditangkap.
 
Peperangan masih berlanjut dan benteng terakhir dari kaum padri di Dalu dalu akhirnya dapat dikuasai oleh Belanda pada 28 Desember 1883. Tuanku Imam Bonjol langsung dibawa ke padang.
 
Lalu Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur pada tahun 1838. Kemudian, pada tahun 1839 dipindahkan ke Ambon. Lalu, 3 tahun kemudian dipindahkan ke Manado hingga akhirnya Tuanku Imam Bonjol meninggal dalam usia 92 tahun pada 6 November 1864 di Lotta Minahasa.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WAN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan