Deputi Koordinasi Bidang Pendidikan dan Agama, Kemenko PMK Agus Sartono. Zoom.
Deputi Koordinasi Bidang Pendidikan dan Agama, Kemenko PMK Agus Sartono. Zoom.

Hari Lahir Pancasila, Momentum Refleksi Bagi Warga Pendidikan

Arga sumantri • 01 Juni 2021 12:19
Jakarta: Hari ini, Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Deputi Koordinasi Bidang Pendidikan dan Agama, Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Agus Sartono mengajak peringatan Hari Lahir Pancasila sebagai momentum refleksi bagi seluruh warga pendidikan.
 
"Peringatan Hari Lahir Pancasila jadi refleksi bagi kita, sudahkah setiap kita mengimplementasikan nilai Pancasila," kata Agus dalam webinar bertajuk 'Mewujudkan Sistem Pendidikan yang Berlandaskan Pancasila, Selasa, 1 Juni 2021.
 
Agus menekankan, dalam konteks pendidikan, faktor yang memiliki peran penting adalah guru. Peran guru ini tidak semata dibebankan kepada pendidik di sekolah. Melainkan, setiap manusia Indonesia berkewajiban menjadi guru dalam hal menanamkan nilai-nilai Pancasila.

"Oleh sebab itu mari setiap kita harus menjadi guru, menjadi role model, bagi pembiasaan nilai Pancasila dalam setiap kehidupan sehari-hari," ungkapnya.
 
Baca: Implementasi Pendidikan Berlandaskan Pancasila Belum Berjalan Baik
 
Agus meyakini, jika setiap warga negara Indonesia mampu mengimplementasikan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, maka cita-cita menjadi bangsa yang maju bukan isapan jempol. Salah satu cara menanamkan nilai-nilai Pancasila yaitu melalui jalur pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal.
 
"Pendidikan merupakan rekayasa sosial yang terencana untuk membentuk karakter dan membangun keadaban," ujarnya.
 
 

Sementara itu, pemerhati pendidikan dari Vox Populi Institute Indonesia Indra Charismiadji menilai pendidikan Indonesia yang berlandaskan Pancasila masih dalam tatanan teori, sedangkan implementasinya masih nihil. Misalnya, kata dia, dalam menerapkan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.
 
"Sampai hari ini masyarakat Indonesia punya tuhan lebih dari satu. Masih banyak menjadikan jabatan, harta, dan bahkan manusia lain sebagai 'Tuhan'," ungkapnya. 
 
Lalu sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Indra mengatakan, sebuah survei menyimpulkan bahwa warganet Indonesia paling tidak sopan. 
 
"Ini survei indeks peradaban digital. Otomatis, warganet Indonesia dinilai belum beradab," ujar Indra.
 
Baca: Revisi UU Sisdiknas Disebut akan Menguatkan Profil Pelajar Pancasila
 
Penerapan sila Ketiga yakni Persatuan Indonesia, juga demikian. Indra menyebut bangsa Indonesia masih mudah diadu domba kendati sudah 76 tahun merdeka. Begitu pula dengan sila Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan sila Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
 
"Mungkin kita memang harus merevisi sistem pendidikan kita. Yakinlah Pancasila yang terbaik bagi indonesia, Pancasila yang paling pas. Tinggal bagiaman implementasinya, khususnya di bidang pendidikan," ungkap Indra.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan