Sanidheo menjadi yang tercepat, kareba berhasil lulus sarjana hanya dalam waktu 3 tahun 1 bulan 14 hari saja. Tidak hanya cepat, ia juga berhasil mencatatkan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,83.
Dheo, sapaan akrabnya, merupakan putra daerah Yogyakarta yang lahir dan menyelesaikan pendidikannya di Kota Gudeg tersebut. Ia alumnus SMP Negeri 5 Yogyakarta dan SMA Negeri 3 Yogyakarta.
Saat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, Dheo memutuskan untuk mendalami bidang politik dan tata kelola yang ia minati sejak SMA. Hal inilah yang kemudian membawanya memilih program studi Manajemen dan Kebijakan Publik (MKP) di UGM.
Manajemen Waktu
Keberhasilan Dheo menuntaskan kuliahnya merupakan berkat dari kemahirannya dalam manajemen waktu. Salah satu strateginya adalah dengan menyelesaikan skripsi lebih awal selama mengikuti program pertukaran pelajar di Jerman pada semester kelima.“Saat exchange, saya fokus menyelesaikan skripsi, sehingga ketika semester enam, saya tidak perlu mengambil ulang kelas. Bahkan saat menjalani KKN, skripsi saya sudah selesai. Kalau mau dibilang keteteran, ya asal kita bisa mengatur waktu dengan baik, pasti bisa,” jelas Dheo dilansir dari laman UGM, Selasa, 26 November 2024.
Meski fokus pada akademik, Dheo tidak melupakan pentingnya keseimbangan antara akademik dan non-akademik. Baginya, pengalaman berorganisasi dan bersosialisasi adalah ilmu yang tidak kalah penting.
“Banyak teman saya yang aktif di organisasi atau sibuk bermain, tetapi saya memilih untuk fokus. Saya sudah dua tahun di organisasi mahasiswa, jadi tahu kapan waktunya berhenti dan mengejar tujuan yang lebih besar,” tuturnya.
Topik skripsi Dheo juga menunjukkan kepeduliannya terhadap isu-isu strategis. Dalam skripsinya yang berjudul “The State’s Policy Remediation of Human Rights Due Diligence in the Indonesia’s Palm Oil Industry Labor Supply Chain”. Ia membahas pentingnya meratifikasi kebijakan hak asasi manusia dalam rantai pasok industri kelapa sawit di Indonesia.
Skripsinya ini bahkan menarik perhatian peneliti dari UNDP, yang kemudian menawarkan Dio untuk bergabung dalam proyek penelitian terkait di Sorong, Papua Barat. Selain prestasi akademik, Dheo juga mengaku aktif sebagai pembicara di berbagai forum.
Ia pernah menjadi narasumber dalam pelatihan organisasi, advokasi konflik, hingga kegiatan regenerasi himpunan mahasiswa di beberapa fakultas. Selain itu, ia juga pernah menjalani magang di sebuah NGO internasional di bidang penulisan.
“Sejak semester awal-awal saya sudah mulai magang. Aktivitas ini membantu saya mempersiapkan diri untuk karir ke depan. Bagi saya, mahasiswa bukan hanya sekadar datang, absen, dan mengikuti kuliah, tapi juga harus belajar melalui pengalaman langsung,” kata Dheo.
Baca juga: Akhir Manis Perjuangan Papuana Kuliah di Fapet UGM |
Setelah menyelesaikan studi di UGM, Dheo telah diterima di University of London untuk program S2. Namun, keberangkatannya masih menunggu hasil dari beasiswa LPDP. Selain itu, ia juga mempertimbangkan untuk terus berkontribusi melalui penelitian dan proyek-proyek internasional yang relevan dengan bidangnya.
“Saya ingin melanjutkan studi sekaligus bekerja di sektor kebijakan publik yang memiliki dampak luas. Sejauh ini, saya berencana menyelesaikan kontrak di UNDP hingga Februari 2025, baru setelah itu fokus untuk studi S2,” ungkapnya.
Dheo memberikan pesan penting kepada mahasiswa lainnya untuk terus berpegang pada idealisme dan tidak terpengaruh oleh budaya negatif. Ia menjadi bukti bahwa kombinasi antara dedikasi, kerja keras, dan manajemen waktu yang baik dapat membawa seseorang menuju kesuksesan.
Dengan perjalanan akademik yang cemerlang dan kontribusinya dalam isu-isu strategis, Dheo menginspirasi banyak orang untuk meraih prestasi cemerlang di usia muda. “Kita harus selektif dalam memilih circle pertemanan. Jangan mudah terombang-ambing oleh tren yang tidak produktif. Selain itu, penting untuk memiliki tujuan yang jelas dan mengejar itu tanpa rasa takut,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News