Warung angkringan milik Riski buka sejak pukul 04.00 hingga 19.00, saban hari. Menariknya, ia sudah punya seorang karyawan yang membantu menjaga angkringan selama jam sekolah.
Rizki bercerita, sebelum membuka usaha angkringan, ia pernah berjualan lampu hias dari paralon. Suatu ketika, alat untuk membuat lampu hias miliknya rusak.
"Semangat membuat lampunya itu kurang gitu ya, waktu belajar juga kurang, terus saya memilih membuka usaha lain," kata Rizki mengawali ceritanya yang ditayangkan akun YouTube Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Setelah bermusyawarah dengan keluarga, Riski memutuskan membuka usaha angkringan. Jika biasanya warung angkringan buka malam hari, Riski memutuskan membuka warungnya sejak pagi. Sebab, posisi warung angkringan Riski berada persis di dekat pasar pagi.
Baca: Siswa Indonesia Rajai Olimpiade Matematika Internasional
Bisnis yang dijalani Riski menemui banyak rintangan. Mulai dari rasa bosan, hingga kondisi pembeli yang tak menentu. Sifat pembeli juga seringkali membuatnya kesal. Namun, situasi ini tak mematahkan semangat pemuda Muntilan itu.
"Pernah merasakan pusing, karena banyak hambatan dari pembeli. Kadang makan gorengan lima mengakunya tiga atau dua. Saya tidak putus asa, bahwa kita berwirausaha itu mau mencari uang buat bayar sekolah," ungkapnya.
Riski berusaha membagi waktu sekolah dan aktivitas bisnisnya dengan imbang. Melalui program Sekolah Pencetak Wirasusaha (SPW) di sekolahnya, ia dibimbing untuk menghadapi persoalan yang muncul dalam menghadapi bisnisnya.
Hampir setahun berjalan, jerih payahnya terbayar. Ia mampu membiayai hidup dan sekolahnya sendiri. Kini, omzet yang mampu dihasilkan warung angkringannya dalam sehari tidak kurang dari Rp600 ribu sampai Rp700 ribu.
"Rencana saya ingin membesarkan fasilitasnya, dan membuka cabang di lain daerah," ucap Riski.

Riski, pelajar SMK Muhammadiyah 2 Muntilan di warung angkringan miliknya. Tangkapan layar Youtube Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud.
Pembimbing program SPW SMK Muhammadiyah 2 Muntilan, Jumarsih, mengatakan, Riski tergolong siswa yang jarang mengeluh. Sekalipun ada, keluhan yang biasanya diutarakan Riski yakni soal lelah dan warungnya sepi. Tapi, Riski selalu mendapat semangat dari sekolahnya.
Capain Riski ini mendapat apresiasi dari Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 2 Muntilan, Untung Supriyadi. Untung menyatakan, Riski merupakan siswa yang ulet. Riski sudah membuka warungnya mulai pukul 04.00. Sekitar jam 06.00 WIB, ia bersiap ke sekolah dan warung angkringan dijaga oleh seorang yang membantunya.
"Dia pulang sekolah mengecek dagangannya, itu berjalan rutin. Sehingga anak ini patut menjadi contoh bagi teman-temannya. Saya yakin Riski ini nanti lulus akan menjadi pengusaha, karena sudah muncul jiwanya," ungkap Untung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News