Riski berusaha membagi waktu sekolah dan aktivitas bisnisnya dengan imbang. Melalui program Sekolah Pencetak Wirasusaha (SPW) di sekolahnya, ia dibimbing untuk menghadapi persoalan yang muncul dalam menghadapi bisnisnya.
Hampir setahun berjalan, jerih payahnya terbayar. Ia mampu membiayai hidup dan sekolahnya sendiri. Kini, omzet yang mampu dihasilkan warung angkringannya dalam sehari tidak kurang dari Rp600 ribu sampai Rp700 ribu.
"Rencana saya ingin membesarkan fasilitasnya, dan membuka cabang di lain daerah," ucap Riski.

Riski, pelajar SMK Muhammadiyah 2 Muntilan di warung angkringan miliknya. Tangkapan layar Youtube Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud.
Pembimbing program SPW SMK Muhammadiyah 2 Muntilan, Jumarsih, mengatakan, Riski tergolong siswa yang jarang mengeluh. Sekalipun ada, keluhan yang biasanya diutarakan Riski yakni soal lelah dan warungnya sepi. Tapi, Riski selalu mendapat semangat dari sekolahnya.
Capain Riski ini mendapat apresiasi dari Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 2 Muntilan, Untung Supriyadi. Untung menyatakan, Riski merupakan siswa yang ulet. Riski sudah membuka warungnya mulai pukul 04.00. Sekitar jam 06.00 WIB, ia bersiap ke sekolah dan warung angkringan dijaga oleh seorang yang membantunya.
"Dia pulang sekolah mengecek dagangannya, itu berjalan rutin. Sehingga anak ini patut menjadi contoh bagi teman-temannya. Saya yakin Riski ini nanti lulus akan menjadi pengusaha, karena sudah muncul jiwanya," ungkap Untung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News