"Mbak, apa ada ponsel bekas?" tanya pemulung dengan sedikit malu-malu.
Belakangan, Ghina tahu, sang pemulung menanyakan ponsel bekas untuk anaknya yang tengah sekolah daring. Dari situ, Ghina sadar pandemi covid-19 rupanya tak hanya menimbulkan masalah kesehatan dan kesejahteraan, tapi juga pendidikan.
Ghina merupakan pewarta di Jakarta Post. Bersama 12 jurnalis lainnya, ia membentuk komunitas Wartawan Lintas Media (WLM) pada Maret 2020. Komunitas ini langsung membuka penggalangan dana guna memberikan bantuan. Ketika itu bantuan difokuskan untuk mereka yang tidak bisa bekerja #dirumahaja.
"Ada saudara-saudara di sana yang tetap harus ke luar rumah demi menghidupi diri sendiri dan keluarga meski taruhannya kesehatan, bahkan nyawa," kata Ghina di Jakarta, Jumat, 25 Desember 2020.
Sepekan berjalan, dana yang terkumpul mencapai Rp144 juta. Dari situ, WLM membagikan paket sembako dan vitamin untuk pengemudi ojek online, pengepul barang bekas, buruh bangunan hingga gelandangan. Bantuan demi bantuan terus disalurkan dengan target sasaran yang lebih luas.
Sampai di Juni 2020, ia dan kawan-kawannya sadar ada satu masalah yang belum mendapatkan perhatian pemerintah. Banyak siswa yang tidak bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PPJ) lantaran tak punya gawai.
Masalah ini tidak saja dirasakan siswa di pelosok desa. Bahkan, di kota metropolitan seperti Jakarta pun masih banyak yang kesulitan mengikuti belajar daring. Sejak saat itu, jenis bantuan berubah haluan.
"Situasi ini menginspirasi kami untuk menyatukan orang-orang baik untuk menggalang kegiatan berbagi ponsel bekas layak pakai dan kuota internet untuk pelajar dari kalangan kurang mampu," kata Haris Prabowo yang juga inisiator WLM.

Pelajar penerima donasi ponsel pintar dari Wartawan Lintas Media (WLM). Foto: Dok WLM
Ghina, Haris, dan kawan-kawan boleh jadi selangkah lebih cepat dari pemerintah. Pasalnya, sejumlah kebijakan untuk meringankan beban belajar daring baru terbit medio Agustus 2020. Contohnya, subsidi kuota bagi pelajar, guru, dosen, dan mahasiswa.
Haris mengatakan, sejak Juni hingga 26 Desember 2020, sudah ada 470 ponsel yang disalurkan. Ponsel dikirim ke berbagai wilayah, mulai dari Jakarta, Banten, Palembang, Kalimantan, Merauke, hingga ke Nabire, Papua.
Haris mengatakan beberapa ponsel diantarkan langsung. Beberapa lainnya dikirim melalui jasa ekspedisi PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). "Sejauh ini enggak ada kendala, kami selalu menggunakan paket khusus pengiriman barang elektronik dengan asuransi," ujar Haris.
Haris belum tahu sampai kapan program ini akan berjalan. Hingga saat ini, masih banyak siswa yang mengajukan 'proposal' bantuan.
"Per Desember ini pun masih ada pengajuan ponsel dari siswa, orang tua murid, maupun guru yang inisiatif. Kami masih melihat kondisi karena kebijakan Pemerintah mulai memperbolehkan belajar tatap muka per Januari 2020," ujarnya.
Momen Bahagia
"Terima kasih banyak untuk kakak-kakak dan semua orang baik yang sudah membantu Welly untuk bisa terus belajar. Biar Tuhan yang membalas kebaikan kalian,"Pesan itu dikirim Brillyan Welldy Filario pada Haris, Agustus 2020. Ini sekaligus tanda bahwa ponsel bekas yang diberikan Haris sudah tiba.
Ada satu lagi yang membuat Haris dan relawan WLM bahagia; ketika mendapat laporan hasil ujian para siswa. Haris bersyukur ponsel yang diberikan berguna. Siswa bisa belajar dan ikut ujian daring.
"Salah satu momen yang paling membahagiakan saya mendapat laporan hasil belajar mereka bagus-bagus. Karena kebanyakan mereka yang menerima ponsel di awal semester, mereka baru memberi laporan progres belajar mereka secara konkret dan riil mulai akhir November hingga awal Desember, saat masa akhir semester," kata Haris.
Pandemi ini membuktikan kalau masih banyak orang baik yang mau berbagi. Antusiasme publik yang dengan cepat bergerak mematahkan asumsi kepedulian masyarakat Indonesia rendah.
"Pengalaman kami membuktikan bahwa masyarakat Indonesia masih saling peduli dan bahu-membahu, bekerja sama untuk keluar dari krisis ini," ujar wartawan Tirto.id itu.
JNE Hubungkan Kebahagiaan
Saat pandemi, tingkat kepedulian masyarakat, lembaga, hingga swasta meningkat berkali-kali lipat. Perusahaan ekspedisi PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) menjadi salah satu contoh nyata.Perusahaan yang sudah berdiri selama 30 tahun ini telah menyalurkan banyak bantuan untuk masyarakat terdampak covid-19. Pada April 2020, JNE menyalurkan bantuan Rp1 miliar untuk masyarakat terdampak covid-19 di DKI Jakarta.
Di bulan berikutnya, JNE kembali menyalurkan bantuan berupa Alat Pelindung Diri (APD) ke fasilitas kesehatan di Papua dan 24 provinsi lainnya. Bantuan demi bantuan diberikan hingga di penghujung tahun.
Bersama dengan Yayasan Media Group, JNE juga menyalurkan APD ke sepuluh rumah sakit umum daerah (RSUD) yang masuk zona merah di pulau Jawa. Kesepuluh rumah sakit itu ialah, RSUD Karawang, RSUD Slamet Garut, RSUD Kota Bogor, RSUD Soewondo Pati, RSUD Suraji Tirtonegoro, RSUD Klaten, RSUD Sleman, RSUD Brebes, RSUD Moerdi Solo, RSUD Soewonso Kendal, dan RSUD Rehata Jepara.

Dompet Kemanusiaan Media Group bersama JNE menyalurkan bantuan berupa Alat Pelindung Diri ke seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia. Dok. Medcom.id
Bagi tenaga medis, APD bak perisai untuk melawan serangan covid-19. Sejak Maret hingga 15 Desember 2020, sebanyak 363 tenaga medis gugur akibat terpapar covid-19. Rinciannya, 202 dokter, 15 dokter gigi, dan 146 perawat.
Vice Presiden Marketing JNE Express Eri Palgunadi mengatakan bantuan yang berikan sesuai dengan tagline JNE Connecting Happiness.
"Kita ingin membantu lebih banyak orang yang kesusahan. #Connectinghappiness tak sekadar tagline semata. Tapi memiliki makna luas, sehingga jika bicara tentang JNE, maka bukan hanya tentang pengiriman paket, namun dalam berbagai aspek di setiap kehidupan masyarakat," kata Eri.
Selama pandemi JNE menggratiskan pengiriman penanganan covid-19. Pengiriman tetap mengedepankan protokol kesehatan.
#JNE #JNE30Tahun #30tahunbahagiabersama
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News