Masalah ini tidak saja dirasakan siswa di pelosok desa. Bahkan, di kota metropolitan seperti Jakarta pun masih banyak yang kesulitan mengikuti belajar daring. Sejak saat itu, jenis bantuan berubah haluan.
"Situasi ini menginspirasi kami untuk menyatukan orang-orang baik untuk menggalang kegiatan berbagi ponsel bekas layak pakai dan kuota internet untuk pelajar dari kalangan kurang mampu," kata Haris Prabowo yang juga inisiator WLM.

Pelajar penerima donasi ponsel pintar dari Wartawan Lintas Media (WLM). Foto: Dok WLM
Ghina, Haris, dan kawan-kawan boleh jadi selangkah lebih cepat dari pemerintah. Pasalnya, sejumlah kebijakan untuk meringankan beban belajar daring baru terbit medio Agustus 2020. Contohnya, subsidi kuota bagi pelajar, guru, dosen, dan mahasiswa.
Haris mengatakan, sejak Juni hingga 26 Desember 2020, sudah ada 470 ponsel yang disalurkan. Ponsel dikirim ke berbagai wilayah, mulai dari Jakarta, Banten, Palembang, Kalimantan, Merauke, hingga ke Nabire, Papua.
Haris mengatakan beberapa ponsel diantarkan langsung. Beberapa lainnya dikirim melalui jasa ekspedisi PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). "Sejauh ini enggak ada kendala, kami selalu menggunakan paket khusus pengiriman barang elektronik dengan asuransi," ujar Haris.
Haris belum tahu sampai kapan program ini akan berjalan. Hingga saat ini, masih banyak siswa yang mengajukan 'proposal' bantuan.
"Per Desember ini pun masih ada pengajuan ponsel dari siswa, orang tua murid, maupun guru yang inisiatif. Kami masih melihat kondisi karena kebijakan Pemerintah mulai memperbolehkan belajar tatap muka per Januari 2020," ujarnya.