Sempat Dipindah ke T44
Atlet asal Boyolali ini sempat terkena protes oleh salah seorang classify player. Ia hendak dipindahkan ke kategori T44 yang seharusnya bukan kelas Evi.
“Jadi, aku udah diklasifikasi pas di Dubai. Terus pas di Tunisia juga udah di-confirm kalau aku masuknya T42, jadi enggak bisa berubah lagi. Pas udah ikut tanding, ternyata diprotes. Mungkin karena aku meragukan, kok T42 bisa masuk limit segini, catatan waktunya segini. Akhirnya pas mau ke Tokyo, aku diklasifikasikan lagi dan tetep masuk T42,” ungkapnya.
Apabila Evi dipindahkan ke kelas T44 yang disabilitasnya lebih ringan, tentu akan berdampak pada performanya di lapangan. Evi harus berjuang lebih keras dibanding atlet-atlet yang memang masuk T44. Sama halnya saat Paralimpiade berlangsung, Ia menjadi satu-satunya pelari kelas T42 yang melaju ke final bersama 7 pelari lain dari kelas T63.
Rival Terberat
Peraih gelar Juara Dunia Paraatletik 2019 ini mengakui kehebatan tiga pelari asal Italia yang berhasil memborong medali dalam Paralimpiade.
“Lawan terberat saat ini Italia. Pernah sekali ketemu sama yang dapat perunggu (Paralimpiade). Kalau yang dapat emas sama perak belum pernah ketemu sama sekali,” kata Evi.
Atletik merupakan cabang olahraga terukur sehingga dapat diketahui catatan waktu setiap atlet.
“Jadi, sama pelatih aku ditargetin masuk final dulu. Terus pas udah masuk final, kalau bisa dapat medali,” ungkap Evi.
Harapan
Atlet berusia 20 tahun ini berharap dapat terus bertanding mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Selain itu, Ia juga berharap dalam paralimpiade Paris tiga tahun mendatang dapat tampil maksimal dan mendapat medali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News