Karisma Evi Tiarani, mahasiswi UNS yang menjadi atlet di Paralimpiade Tokyo 2020 (kiri). Foto: UNS
Karisma Evi Tiarani, mahasiswi UNS yang menjadi atlet di Paralimpiade Tokyo 2020 (kiri). Foto: UNS

7 Fakta Menarik Karisma Evi Tiarani, Mahasiswi UNS di Paralimpiade Tokyo 2020

Citra Larasati • 16 September 2021 09:22

 
Pada partai final, Evi mencatatkan waktu yang sama seperti babak heat, yaitu 14,83 detik dan finis di urutan keempat. Medali emas disabet oleh Ambra Sabatini yang sekaligus memecahkan rekor dunia 100 meter T63 dengan waktu 14,11 detik. Medali perak diraih Martina Caironi dengan 14,46 detik, dan medali perunggu diamankan oleh Monica Graziana Contrafatto dengan 14,73 detik.
 
“Perasaan bisa mecahin rekor Paralimpiade jelas seneng, tapi aku masih kurang puas karena belum bisa mecahin personal best aku di Dubai. Kalau di atletik, waktu 1 detik itu selisihnya bisa beberapa meter,” kata Evi.

Terjatuh saat Finis di Partai Final
 
Hujan mengguyur Tokyo beberapa hari sebelum final berlangsung. Bahkan, saat final pun para atlet harus tetap bertanding ditemani rintik hujan di National Stadium, Tokyo. Evi mengaku bahwa hujan ini berdampak pada licinnya track pertandingan.
 
“Sebenarnya dari pas heat pagi atau pertama, udah ngerasa licin banget karena habis hujan (malamnya), jadi aku usahain jangan sampai jatuh. Terus aku bilang ke pelatih kalau licin banget. Pas final, beberapa meter sebelum finish sudah mau jatuh, tapi aku pertahanin jangan sampai jatuh sebelum finis. Nanti catatan waktunya jelek, pas sampai finish udah enggak kuat banget (nahan), akhirnya jatuh karena licin,” ungkap atlet asal Boyolali tersebut.
 
Kelas T42 dan T63 Digabung
 
Evi merupakan salah satu dari dua atlet kelas T42 yang lolos kualifikasi dalam gelaran Paralimpiade Tokyo ini. Dalam ajang olahraga disabilitas terbesar ini, setiap atlet akan diklasifikasikan sesuai disabilitas masing-masing. 
 
“Jadi, kelas T42 cuma ada dua atlet yang lolos kualifikasi, aku sama yang dari Brazil (Ana Claudia Maria da Silva). Jadi kan kekurangan peserta, makanya digabung sama T63 yang amputee di atas lutut,” terangnya.
 
Atlet yang diklasifikasikan ke dalam kategori T42 merupakan atlet yang lemah pada salah satu kaki di atas lutut. Semakin banyak angka, semakin rendah tingkat disabilitasnya.
 
“Jadi, kita digabung. Meskipun sebenernya kena T42 lebih berat karena kita enggak pakai alat bantu (kaki palsu),” tambahnya.
 
 
Halaman Selanjutnya
Sempat Dipindah ke T44 …
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan