Mustafa Suleyman, CEO AI Microsoft. DOK Time of India.
Mustafa Suleyman, CEO AI Microsoft. DOK Time of India.

Kisah Mustafa Suleyman, Anak Sopir Taksi DO dari Oxford Kini Jadi CEO AI Microsoft

Renatha Swasty • 15 Desember 2025 10:25
Jakarta: Perjalanan karier Mustafa Suleyman membuktikan keterbatasan ekonomi bukan halangan meraih puncak kesuksesan. CEO AI Microsoft ini tumbuh dari keluarga kelas pekerja di London dengan orang tua yang justru menyarankannya berhenti sekolah dan menjadi tukang kayu. 
 
Lantas, seperti apa kisahnya? Yuk simak perjalanan CEO AI Miscrosoft Mustafa Suleyman dilansir dari laman Time of India: 
 
CEO AI Microsoft, Mustafa Suleyman, mengungkapkan latar belakang kelas pekerja sangat membentuk pendekatannya terhadap teknologi. Dalam wawancara terbuka dengan Bloomberg, eksekutif berusia 40 tahun ini mengenang masa kecilnya di London utara pada era 1980 hingga 1990-an. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana, dengan ayah seorang sopir taksi asal Suriah dan ibu yang bekerja sebagai perawat.

"Orang tua saya selalu berpikir saya harus mendapatkan pekerjaan sebagai tukang, ibu saya sering berkata kepada saya, 'Kamu seharusnya jadi tukang kayu atau tukang listrik, keluar dari sekolah saat umur 16 tahun'," kenang Suleyman dikutip Senin, 15 Desember 2025
 
Jalan hidup Suleyman berubah drastis saai ia berusia 16 tahun, setelah orang tuanya berpisah. Ia dan adiknya harus hidup mandiri tanpa pengawasan orang tua selama beberapa tahun.
 
"Saya dan adik saya memang tinggal sendiri selama beberapa tahun," ujar Suleyman. 
 
Meski begitu, ia mengenang masa itu dengan ketangguhan khas remaja. "Ketika kamu seusia itu, kamu dewasa sebelum waktunya, terlalu percaya diri, dan tanpa rasa takut,” tuturnya.
 
Di tengah ekspektasi orang tua yang rendah terhadap pendidikan, Suleyman justru menunjukkan prestasi akademis yang menonjol. Sejak usia 10 tahun, ia belajar keras untuk menghadapi ujian masuk dan berhasil diterima di sekolah yang setara dengan sekolah swasta.
 
Perjalanan akademisnya kemudian berlanjut hingga ia diterima di Universitas Oxford. Namun, masa studinya di Mansfield College, Oxford, tidak berlangsung lama.
   

Dropout dari Oxford demi misi sosial 

Pada usia 19 tahun, didorong keinginan kuat untuk mengubah dunia dan melakukan sesuatu yang berdampak, Suleyman memutuskan keluar dari Oxford. Ia kemudian ikut mendirikan Muslim Youth Helpline, sebuah layanan konseling yang hadir untuk menjawab kebutuhan mendesak pemuda Muslim di Inggris pasca peristiwa 9/11.
 
Layanan ini menyediakan ruang untuk didengar secara terbuka, tanpa pendekatan keagamaan dan tanpa sikap menghakimi untuk anak muda yang saat itu menghadapi krisis identitas, keterasingan dari keluarga dan komunitas, serta perundungan. Suleyman mengakui sempat merasakan langsung sentimen anti-Muslim pada masa tersebut.
 
Misi sosial ini yang kelak membuka jalan bagi Suleyman mendirikan DeepMind pada 2010, perusahaan kecerdasan buatan pionir yang kemudian diakuisisi Google senilai 650 juta dolar AS. Kini, di Microsoft, tempat ia memimpin pengembangan AI untuk konsumen, Suleyman memperjuangkan gagasan kecerdasan buatan yang tetap berpihak pada manusia dan kepentingannya.
 
Latar belakang kelas pekerja terus membentuk pandangan Suleyman terhadap teknologi. Ia menyebut pengalamannya menghadapi sisi keras kehidupan sebagai dorongan untuk memanfaatkan waktu hidup sebaik mungkin. Suleyman juga menyuarakan dukungan terhadap pendapatan dasar universal di tengah perubahan besar dunia kerja akibat AI.
 
“Ini berasal dari tempat di mana saya mengalami sisi yang lebih kasar dari kehidupan sedikit dan memiliki keinginan untuk mencoba melakukan yang terbaik dengan kehidupan singkat yang kita miliki,” kata Suleyman
 
Perjalanan hidup Suleyman mulai dari keluarga sederhana di London hingga memimpin salah satu divisi penting di Microsoft membuktikan keterbatasan ekonomi bukan penentu masa depan. Berbagai keputusan yang ia ambil, termasuk meninggalkan Oxford demi misi sosial justru membawanya pada kesuksesan yang lebih bermakna. (Bramcov Stivens Situmeang)
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan