Saat ditanya soal keterbatasan, Dzoel menegaskan bahwa stigma negatif, diskriminasi, dan rasa tidak percaya diri merupakan hal yang sejatinya berasal dari diri sendiri. Masalah tersebut yang umumnya membuat seseorang menjadi insecure dan justru lupa untuk selalu bersyukur dengan keadaannya yang sekarang.
“Saya mulai menyadari bahwa semua itu berasal dari diri sendiri, dan ketika mulai bangkit saya lebih percaya dengan kata hati sendiri,” katanya.
“Ibarat fungsi jendela pada setiap sisi rumah untuk melihat sesuatu di luar. Maka kita harus mencoba sesuatu, melihat peluang di berbagai sisi untuk mencapai kesuksesan,” imbuhnya.
Dzoel mengatakan, bahwa menjadi seorang profesional fotografer tidak bermodal peralatan mahal. Menurut Dzoel, keahlian dalam mengolah kreativitas justru merupakan modal penting untuk menjadi seorang profesional fotografer.
Di samping itu ia berpesan juga untuk tidak secara langsung menerima penawaran kerja yang ada, melainkan harus belajar terlebih dahulu untuk melatih kemampuan.
“Alat itu cuman sebuah media, yang mahal adalah sebuah kreativitas,” cetusnya.
“Kalau saya boleh saran jangan ambil job dulu, belajar fotografi terlebih dahulu. Belajar segitiga eksposure, white balance, picture style, dan lainnya,” sambungnya.
Semangat dan keinginan mulia telah mengantarkan Dzoel mencapai titik yang sekarang. Anggapan orang lain pada segala kekurangan yang ia miliki tidak menjadikannya putus asa dan menyerah.
Ia justru merasa yakin bahwa ia memiliki sebuah kelebihan dan terus bergerak maju dengan memanfaatkan semua peluang yang ada. “Menjadi fotografer merupakan suatu hal yang mudah, menghasilkan foto itu mudah. Menghasilkan seni, itu yang susah,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id