Perjuangan keras meraih pendidikan yang dilakukan anak desa di Ketapang, Sampang, Madura ini berbuah manis. Tak hanya berhasil mengantongi gelar Master dari Michigan State University, kini ia juga berhasil menjadi staf khusus menteri.
Dodik pun berkisah, sangat tidak mudah baginya kala itu meski hanya untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi. Meski sejak Sekolah Dasar hingga Menengah Atas, Dodik terlahir sebagai anak dengan segudang prestasi, sehingga selalu dapat bersekolah "gratis" karena mendapatkan beasiswa.
Ia menuturkan, kesulitan pertama ia rasakan saat akan melanjutkan studi S1 (strata 1). Kondisi ekonomi keluarga yang sulit, menjadi penghambat terberat bagi langkahnya untuk kuliah.
Baca juga: Jalan Panjang Menembus 'Erasmus', Kuliah di Dua-Tiga Negara Sekaligus
Penghasilan yang tak seberapa besar dari ayahanda yang bekerja sebagai sopir truk dan ibunda yang penjual nasi ini, membuat Dodik mengurungkan niatnya untuk kuliah. Lulus SMA, ia pun akhirnya memutuskan untuk mengajar.
“Lulus SMA sempat nganggur karena Ibu sama Bapak enggak punya pemasukan untuk langsung menguliahkan Saya. Kemudian Saya jadi guru di pelosok desa di Madura selama satu tahun,” ujar Dodik kepada Medcom.id, Selasa, 7 Juli 2020.
Setelah satu tahun menunda, akhirnya ia bisa melanjutkan studi ke jenjang sarjana. Itu pun dapat terwujud setelah dagangan ibunya mendapatkan banyak pesananan dari kegiatan yang ia gelar saat itu.
Uang dari keuntungan ibunya berjualan itu ia gunakan untuk mendaftar kuliah di kampus yang berjarak 98 Kilometer dari tempat tinggalnya di Ketapang, Sampang, yakni Universitas Trunojoyo Madura (UTM) untuk mengambil program studi Hukum.
Berangkat dari rumah, Dodik dibekali uang Rp3,5 juta oleh sang ibu untuk biaya kuliah. Setelah dibayarkan untuk urusan pendaftaran kuliah, uang yang ada di tangan Dodik pun hanya tersisa Rp200 ribu.
Baca juga: Diterima di 11 Universitas Top Amerika, Pemuda Asal Solo Pilih Harvard
Sisa uang itu pun membuatnya bingung, karena tidak lagi cukup untuk membayar sewa indekos. “Uang gedung Saya Rp3,3 juta. Saya ikut gelombang terakhir yang langsung minggu depannya ospek. Saya lupa waktu itu minta uang kos-kosan, tidak mungkin saya PP (pulang pergi) dengan jarak hampir 98 kilometer. Karena Saya juga tahu uang di dompet Ibu saya pun sudah ludes diberikan kepada Saya,” tuturnya.
Untuk mengatasi itu, Dodik memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. Persoalan indekos diatasinya dengan memilih tidur di halte dekat kampus UTM.
Itu Dodik lakukan selama masa pengenalan kampus atau ospek yang dilaksanakan selama dua pekan. “Akhirnya Saya tidur di halte kampus, selama ospek kampus dan ospek fakultas, dua minggu. Saya tidur halte, kadang diajak tidur di rumahnya pemilik usaha mie ayam,” ungkapnya.
Ketika mulai kuliah, ia pun diajak salah satu dosen untuk tinggal di rumahnya. Kesempatan itu diberikan, karena Dodik berhasil menarik hati sang dosen atas prestasi apik yang diraihnya saat kuliah.
“Salah satu dosen Saya setiap semester tanya IPK (Indeks Prestasi Kumulatif), Saya jawab semester satu, 4.0 Pak, semester dua 4.0 Pak. Di semester dua itulah dosen saya mengatakan ‘Sudah Le (panggilan untuk anak laki-laki dalam bahasa Jawa), Kamu ikut Saya, kalau Saya makan sate kamu makan sate, jadi Saya tinggal di rumah dosen saya, yang saat ini jadi Wakil Rektor di UTM,” ujarnya.
Perjuangan itu pun akhirnya membuahkan hasil. Dengan prestasi akademik yang baik dan aktif dalam organiasi, ia pun berhasil mendapatkan beasiswa Peningkatan Perestasi Akademik dan Bidikmisi.
Lebih lanjut, pria kelahiran Situbondo, Jawa Timur ini kemudian menargetkan untuk melanjutkan studi Magister dengan mengikuti program beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) pada 2017 lalu. Pada tahapan ini pun tak ia lalui dengan mudah.
Meski mumpuni dalam nilai akademik dan aktif berorganiasi, Dodik masih terkendala kemampuan bahasa Inggris kala itu. Sehingga menjadi fokus untuk ia perbaiki selama kuliah bahkan setelah memperoleh gelar sarjana.
“Setelah lulus kuliah ekonomi masih juga belum stabil, Saya menjual semua aset pribadi yang Saya dapatkan waktu kuliah, sepeda motor, handphone. Karena Saya tidak mahir bahasa Inggris standar internasional, sementara Saya butuh uang untuk prepare LPDP. Saya spare banyak untuk kursus di Kediri,” ucapnya.
Berkat pengorbanan dan totalitas belajar bahasa Inggris sampai 20 jam per hari ini, sekaligus pengalaman organiasi di kampus membuatnya berhasil mendapatkan beasiswa LPDP dan melanjutkan studi magister hukum di Michigan State University.
Tercatat, Dodik pernah menjabat sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (UTM) periode 2014-2015, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kabupaten Bangkalan. Ia juga salah satu pendiri Permadani Diksi (Persatuan Mehasiswa Alumni Bidikmisi Nasional).
“Alhamdulillah dapat beasiswa LPDP, namun itu beasiswa yang harus memenuhi semua unsur, bahasa Inggris saja belum cukup. Itu saya dibantu pengalaman dianggap kredit aktif kampanye pendidikan di desa-desa, bergabung dengan organisasi nasional, membangun organisasi nasional,” terang pria 29 tahun ini.
Dodik mengatakan, orang tuanya sangat mendukungnya semua usaha yang ia lakukan untuk dapat melanjutkan sekolah dan meraih beasiswa. Dodik menyampaikan, bahwa dirinya merupakan harapan bagi orang tuanya untuk memutus rantai kemiskinan di keluarganya.
“Kalau bahasa orang tua saya itu istilahnya 'kepala jadi kaki, kaki jadi kepala'. Mereka punya cita-cita mengentas rantai kemiskinan keluarga. Dan saya kuliah itu untuk menjawab perjunganan Bapak Ibu tidak sia-sia,” tuturnya.
Setelah lulus Magister, banyak hal berubah dalam hidupnya. Ia berhasil mendapat pekerjaan dan karier yang gemilang. Dodik kini menjadi Staf Khusus Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Abdul Halim Iskandar. Ia menjadi Stafsus bidang Regulasi, Mitra Luar Negeri dan Perguruan Tinggi.
Dodik pun menuturkan, sebagai anak desa ingin membangkitkan kembali desa. Yakni dengan cara meningkatakan sumber daya manusia dan transformasi ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id