Jakarta: Suara
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang tiba-tiba melonjak menjadi sorotan.
Demokrasi dinilai rusak jika pencapaian itu didapatkan lewat jalan curang.
“Ya kalau misalkan sengaja diloloskan dengan cara tidak halal ya demokrasi kita menjadi rusak, demokrasi kita dibajak oleh kepentingan oknum atau kelompok tertentu, dan demokrasi kita jadi tidak sehat,” kata Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin kepada
Medcom.id, Sabtu, 2 Maret 2024.
Ujang mewanti-wanti praktik jual beli suara dalam pileg. Sebab, suara rakyat dinilai sakral dalam pesta demokrasi.
“Inilah yang menjadi catatan dalam demokrasi kita di pemilu, bahwa sejatinya suara rakyat dirusak seandainya ada kecurangan,” ujar Ujang.
Dalam pemilu ini, beredar informasi adanya gerakan untuk memindahkan suara partai kecil ke PSI. Ujang mulai menilai isu itu masuk akal setelah suara PSI melonjak drastis.
Menurutnya, praktik itu sangat disayangkan jika benar terjadi. Ujang menegaskan kecurangan berbahaya bagi demokrasi di Indonesia.
“Ini sangat disayangkan, karena ini sangat merusak demokrasi kalau betul-betul terjadi,” terang Ujang.
PSI mendapatkan suara sebesar 2.402.268 dalam Pileg 2024. Data itu didapatkan dari hasil penghitungan Sirekap Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Dalam data tersebut, PSI kini mendapatkan 3.13 persen dalam periode hitungan pada Sabtu, 2 Maret 2024, pukul 15.00 WIB. Suara PSI kini bersaing dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
PPP mendapatkan suara sebesar 3.042.928. Persentase dalam Sirekap KPU untuk partai itu yakni 3,97 persen.
Progres penghitungan saat ini sudah mencapai 541.324 dari total 823.236 tempat pemungutan suara. Persentase untuk PSI diketahui terus meningkat.
PSI bisa masuk parlemen jika suara mereka terus menerus naik. Terbilang, ambang batas suara kini empat persen jika sebuah partai ingin mendapatkan fraksi di DPR.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((END))