Jakarta: Calon presiden (capres)
Anies Baswedan memaparkan ciri-ciri
negara gagal dalam acara yang digelar Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi bertajuk Konferensi Orang Muda Pulihkan Indonesia. Pemaparan itu dikutipnya dari buku Why Nations Fail karya Daron Acemolu dan James Robinson.
Menurut Anies, buku tersebut adalah sebuah kesimpulan atas studi di banyak negara. Sebuah negara yang gagal, kata dia, memiliki karakter ekstraktif. Dalam institusi ekonomi, karakter tersebut terejawantah lewat konsentrasi ekonomi yang berada pada tataran elite.
Selain itu, sistem pasar dalam negara tersebut menguntungkan elite. Sedangkan akses ke sumber pendidikan dan sumber daya yang lain terbatas. Negara ekstraktif juga memiliki hambatan dalam inovasi serta minim perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI).
"Tapi negara yang inklusif, ekonominya, akses luas ke perekonomian. Playing field, kesempatan di dalam berbagai sektor perekonomian, setara," ungkap Anies di Jakarta, Sabtu, 25 November 2023.
Berikutnya, terjadi akses yang merata pada pendidikan dan sumber daya. Lalu, terdapat dukungan untuk inovasi dan perlindungan HKI dari negara.
Dalam institusi politik, Anies menyampaikan negara ekstraktif berstruktur oligarkis. Dia mengatakan partisipasi politik menjadi terbatas dan terdapat pemberangusan hak untuk kebebasan.
"Mengkritik bisa diproses hukum, mengkritik bisa dibawa ke dalam ranah kriminalisasi. Sistemnya cenderung korup dan minim akuntabilitas," terang Anies.
Sementara itu, institusi politik negara yang inklusif memiliki struktur demokratis, partisipasi politik luas, terdapat perlindungan kebebasan, transparan, serta memiliki pemimpin yang akuntabel.
Dalam garis perubahan yang diusungnya, Anies mengaku ingin membawa kebijakan-kebijakan negara menjadi inlusif. Menurut dia, upaya tersebut diperlukan agar Indonesia tidak menjadi negara gagal, melainkan negara berhasil dalam memakmurkan dan menghadirkan keadilan.
Untuk mencapainya, Anies bakal meluruskan paradigma dari institusi ekstraktif menjadi inklusif. Salah satunya adalah dengan mengubah fokus yang semula hanya pada pertumbuhan saja menjadi pertumbuhan, pemerataan, dan kelestarian atau keberlanjutan.
Dia menyebut tak hanya ingin fokus untuk membesarkan kue, tapi memikirkan agar potongan kue dapat dirasakan semua pihak. "Kalau fokusnya hanya membesarkan kuenya, tapi potongannya tidak dipikirkan, maka yang merasakan perbesaran dari ukuran kue itu hanya sebagian," ujar dia.
Dia menyampaikan kalau tidak memikirkan keberlanjutan, generasi ke depan tidak akan mungkin bisa merasakan yang saat ini semua rasakan.
"Kalau ekonominya menghabisi ekologi, lalu akan dapat apa lagi di masa depan kalau ekologinya sudah habis," ujar Anies.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((AZF))