Jakarta: Pengamat Politik Ray Rangkuti menilai kedua kubu yang berkontestasi dalam Pemilu 2019 kini sama-sama diselimuti rasa panik. Kepanikan ini malah membuat suasana politik yang serba pelik.
Menurut dia, saat ini Indonesia dihadapi dengan mental pemimpin yang saling bertolak belakang. Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang unggul dalam berbagai hasil hitung cepat dan unggul di hitung resmi KPU malah terlihat seolah sedang kalah dan panik.
Di sisi lain, pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang perolehan suaranya masih di bawah pasangan Jokowi-Ma'ruf berasa seolah-olah sudah memenangi Pemilu dan tak kalah panik. Akibat kepanikan kedua kubu muncul curiga hingga saling lapor.
"Ujungnya suasana politik pascapencoblosan tak jua menuju reda," ujar Ray saat dihubungi di Jakarta, Kamis malam, 9 Mei 2019.
Kepanikan kubu Jokowi-Ma'ruf ini tampak dari penerapan pasal makar yang dijerat ke salah satu tokoh kubu Prabowo-Sandi, Eggi Sudjana. Padahal, menurut dia, tokoh oposisi yang sebelumnya sudah dikenakan pasal makar, semisal Sri Bintang Pamungkas, Jamran, dan Rizal Kobar pada 2016 lalu kasusnya tak juga masuk ke pengadilan.
Oleh karena itu, ia menilai, pasal makar diobral bukan untuk penyelesaian kasus, tapi lebih sebagai kerangkeng aktivitas mereka yang dikenakan. Namun, di sisi lain, ia juga menyayangkan sikap kubu Prabowo-Sandi yang terus menerus menggunakan jalanan sebagai mekanisme solusinya.
"Padahal, kita telah membangun begitu banyak infrastruktur demokrasi untuk menyelesaikan berbagai dugaan kecurangan atau pelanggaran dalam pemilu," ujarnya.
(
Baca: Kubu 01 dan 02 Diminta Jaga Situasi Tetap Kondusif)
Ia juga menyinggung kubu Prabowo-Sandi yang tampak tidak selaras belakangan ini. Klaim angka kemenangan Prabowo malah dibantah sendiri oleh Partai Demokrat yang merupakan teman satu koalisi.
Hal ini justru menunjukkan bahwa parpol koalisi di kubu Prabowo-Sandi tidak solid dan yakin pada angka kemenangan yang diumbar sebelumnya. "Bagaimana mereka hendak meyakinkan publik di saat partai koalisi mereka sekalipun tidak solid yakin pada angka kemenangan yang diumbar," ungkap Direktur Lingkar Madani itu.
Oleh karena itu, Ray meminta agar kedua kubu bisa mengakhiri suasana politik yang sudah sumuk ini. Menurut dia, kedua kubu harus bisa menumbuhkan kearifan untuk kembali memperkuat demokrasi.
"Sama-sama menahan diri hingga perhitungan suara tanggal 22 Mei ditetapkan. Yang merasa dicurangi, melangkahlah ke Bawaslu dan sebagainya, selesaikan di sana dan ungkap seluruh kecurangan yang dimaksud," kata dia.
Sementara, ia menambahkan, untuk kubu petahana diminta menggunakan kekuasaan untuk mengayomi. Bukan malah untuk menakut-nakuti pihak oposisi.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((JMS))