Jakarta: Pengamat politik Djayadi Hanan menilai, selain menyampaikan visi misi, debat kandidat calon presiden dan calon wakil presiden Pilpres 2019 juga harus mampu menyentuh aspek emosional pemilih. Masyarakat yang emosinya tersentuh akan lebih mudah menentukan pilihan.
"Data itu
template umum dalam debat tapi menggerakkan orang untuk memilih itu harus disentuh emosinya," ujarnya dalam
Metro Pagi Primetime, Rabu, 16 Januari 2019.
Djayadi mengatakan data memang kerap direpresentasikan sebagai fakta. Namun fakta yang langsung dipersonalisasikan dengan keadaan di lapangan jauh lebih efektif menarik simpati masyarakat ketimbang yang bersifat teknis.
Data soal kemiskinan misalnya. Saat data tersebut dipersonalisasi dengan penerima Program Keluarga Harapan (PKH) akan mudah ditangkap dan mampu menggerakkan sentimen masyarakat ketimbang menyajikannya dalam angka. Pendebat yang baik, kata dia, tahu siapa target audiensinya dan dia akan menggunakan data serta ilustrasi yang cocok dengan targetnya.
"Data tidak bisa menyentuh semuanya tapi dengan emosional semua kalangan cenderung bisa diraih. Debat kali ini ada dua target besar audiensinya; rakyat Indonesia dan pemilih yang masih belum menentukan pilihan," ungkapnya.
Sementara itu Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Usman Kansong mengatakan pihaknya sudah memiliki target audiensi yang ingin disasar. Dalam hal ini kubu petahana mengandalkan data yang sudah disepakati bersama yakni yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Ia juga sepakat bahwa menyentuh sisi emosional pemilih harus sesuai dengan fakta di lapangan. Misalnya keberhasilan pemerintah dalam hal mengurangi angka kemiskinan dengan PKH.
"Itu perlu kita sampaikan misalnya ada seorang ibu penerima PKH, JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) kemudian taraf hidupnya meningkat. Contoh-contoh kasus semacam itu pasti kita sampaikan," jelas Usman.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((MEL))