Jakarta: Kementerian Kesehatan mengungkap pemicu
kematian 57 petugas Pemilu 2024. Serangan jantung menjadi penyebab terbanyak petugas pemilu meninggal.
“Penyebab kematian tertinggi iala penyakit jantung dengan jumlah 13 orang,” kata Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, saat dikutip dari Media Indonesia, Minggu, 18 Februari 2024.
Selain serangan jantung,
Dead on arrival (DOA) menjadi penyebab lain
petugas Pemilu 2024 meninggal. Tercatat 11 orang meninggal DOA.
Penyebab lainnya adalah kecelakaan sebanyak 8 orang; accurate respiratory sebanyak 5 orang; penyakit serebrovaskular sebanyak 4 orang; multiorgan failure (kegagalan multi organ) sebanyak 2 orang; septic shock sebanyak 2 orang; sesak nafas sebanyak 1 orang; asma sebanyak 1 orang; diabetes mellitus sebanyak 1 orang, dan masih dalam penyelidikan 4 orang.
Adapun berdasarkan usia, empat petugas berusia 17-20 tahun, tujuh petugas berusia 21-30 tahun, delapan petugas berusia 31-40 tahun, 18 petugas berusia 41-50 tahun, 15 petugas berusia 51-60 tahun, dan lima petugas berusia di atas 60 tahun.
Sebanyak 57 petugas Pemilu 2024 yang meninggal dunia terdiri dari
29 petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS); 10 petugas perlindungan masyarakat; sembilan saksi, enam petugas; dua petugas panitia pemungutan sementara (PPS); dan dan satu bawaslu.
emenkes mengupayakan persiapan dalam menghadapi kegawatdaruratan untuk petugas KPPS. Upaya persiapan kegawatdaruratan tersebut meliputi kesiapan fasilitas layanan kesehatan, tenaga kesehatan dan Public Safety Center (PSC) 119.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Sumarjaya mengatakan PSC 119 merupakan layanan cepat tanggap darurat untuk masyarakat, termasuk anggota KPPS, yang membutuhkan layanan kesehatan. Saat ini, ada 352 PSC yang membantu penanganan kesehatan dalam kecelakaan atau situasi kritis ini di seluruh Indonesia.
“Kesiapan kegawatdaruratan saat ini kita mempunyai PSC namanya jadi merupakan respons cepat, ya, memberikan respons kepada masyarakat yang membutuhkan dan juga petugas jika terjadi hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan kesehatan,” kata Sumarjaya.
Kemenkes juga mempunyai Emergency Medical Tim (EMT). Tim yang dibentuk untuk memberikan pelayanan medis kesehatan saat kegawatdaruratan kesehatan ini memiliki memiliki 13.000 tenaga cadangan kesehatan (TCK).
Setiap TCK-EMT memiliki formasi lengkap di antaranya dokter, perawat, tenaga farmasi, tenaga logistik, tenaga administrasi, dan pengemudi ambulans. Saat ini, terdapat 458 TCK-EMT yang telah tersebar di Indonesia.
“Jadi, ini kesiapsiagaan berbasis EMT di mana tenaga kesehatan cadangan ini memiliki formasi lengkap ada dokternya perawatnya dan itu sudah tersebar ke seluruh Indonesia,” ujar dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((RUL))