Jakarta: Komisi Pemilihan Umum (
KPU) menyebut kasus dugaan
kebocoran data pemilih oleh peretas Jimbo masih diinvestigasi Mabes Polri. Insiden dugaan peretasan itu terjadi sekira dua pekan lalu.
Anggota sekaligus Koordinator Divisi Data dan Informasi KPU Betty Epsilon Idroos menyebut belum dapat memastikan apakah sumber kebocoran data itu berasal dari pihaknya. Proses investigasi dilakukan setelah KPU berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN), serta Mabes Polri.
"Belum bisa disimpulkan apakah (yang bocor) itu data KPU atau bukan," kata Betty saat dikonfirmasi, Rabu, 13 Desember 2023.
Menurut Betty, beberapa pihak sudah diambil keterangannya oleh kepolisian. Dia menyebut BSSN berperan dalam proses mitigasi. Dalam hal ini, BSSN membantu pengawalan sistem informasi yang dimiliki oleh KPU, termasuk Sidalih.
"Karena masih diinvestigasi dan memerlukan waktu untuk mencari siapa hacker-nya, seberapa banyak, kapan, bagaimana, itu kita lihat dan belum bisa disimpulkan," ujar dia.
Betty menegaskan pihaknya serius dalam menjaga data pribadi masyarakat. Ia menganalogikan KPU sebaigai sebuah rumah yang selalu dijaga dan memiliki perangkat pengaman seperti pagar, kunci, serta gembok.
"Lalu ada maling yang mau masuk ke dalam, itu kita usahakan, sebisa mungkin untuk kita jaga. Jadi, mudah-mudahan dengan bantuan tim satgas, semua dapat melindungi data yang dimiliki oleh KPU," jelas dia.
Dugaan peretasan yang dilakukan peretas anonim Jimbo pertama kali diketahui oleh KPU pada Senin, 27 November 2023. Jimbo mengeklaim telah meretas laman kpu.go.id dan berhasil mendapatkan data pemilih. Sebanyak 500 ribu sampel data dibagikannya lewat BreachForums, laman yang digunakan untuk jual beli hasil peretasan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((LDS))