Jakarta:
Film dokumenter berjudul
Dirty Vote yang mengungkap praktik dan metode
kecurangan pemilu tayang di Youtube sejak Minggu, 11 Februari 2024.
Film ini menghadirkan tiga pakar hukum ternama antara lain Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari sebagai tokoh utama yang mengulas tentang bagaimana alat kekuasaan dimanfaatkan untuk memenangkan pemilu, meski praktik tersebut melanggar dan merusak demokrasi.
Skema kecurangan didesain selama 10 tahun
Feri Amsari sebagai salah satu tokoh utama di dokumenter Dirty Vote menyampaikan beberapa pernyataan tentang fenomena para penguasa yang telah merencanakan desain kecurangan.
Menurutnya, fakta-fakta serta data yang menjurus kecurangan dalam pemilu tidak direncakan dalam satu malam, melainkan sudah dirancang sejak lama.
"Semua rencana ini tidak didesain dalam semalam, juga tidak didesain sendirian. Sebagian besar rencana kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif untuk mengakali Pemilu ini sebenarnya disusun bersama dengan pihak-pihak lain. Mereka adalah kekuatan yang selama 10 tahun terakhir berkuasa bersama," kata Feri Amsari di film Dirty Vote.
Pakar hukum tata negara tersebut juga mengatakan bahwa esensi pemilu adalah rasa cinta tanah air. Ia menyimpulkan rezim yang saat ini berkuasa seperti lupa kalau kekuasaan ada batasnya.
"Dan rezim yang kami ulas dalam film ini lupa bahwa kekuasaan itu ada batasnya. Tidak pernah ada kekuasaan yang abadi. Sebaik-baiknya kekuasaan adalah, meski masa berkuasa pendek, tapi bekerja demi rakyat. Seburuk-buruknya kekuasaan adalah yang hanya memikirkan diri dan keluarganya dengan memperpanjang kuasanya," tegasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((PRI))