Jakarta: Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie meminta kepada para tokoh politik untuk mengurangi narasi konflik setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Konflik akibat pemilihan presiden (Pilpres) tak boleh terus dipelihara.
"(Tokoh politik) Mengurangi ujaran kebencian, mengurangi statement-statement yang saling 'ngenyek' (mencibir)," kata Jimly seperti dilansir Antara, Minggu, 30 Juni 2019.
Jimly meminta semua pihak menerima hasil putusan MK. Dia juga meminta kepada masyarakat untuk menerima hasil yang ada..
Dia juga meminta kepada para politikus dari kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin menahan diri. Terutama, dalam melontarkan pernyataan yang berpotensi menyinggung lawan kontestasinya di Pilpres.
"Yang satu, 78 juta (pendukung), yang satunya 85 juta. 78 juta itu banyak sekali, 78 juta orang ingin ganti presiden itu banyak sekali, kalau sepuluh persen saja emosional sudah 7 juta. Jadi kita harus menang tanpa merendahkan dan kalah juga jangan mencibir," ujar Jimly.
Mantan ketua MK ini meyakini panasnya tensi pilpres akan hilang bila Jokowi dan Prabowo bertemu. Komunikasi antara dua pendukung, kata dia, juga harus diperbaiki, bahkan hingga ke dunia maya. Sebab, komunikasi kedua pendukung itu justru memanas akibat unggahan di media sosial yang menjurus kepada ujaran kebencian atau hoaks.
"Misalnya, di medsos jangan ada lagi (ujaran kebencian) supaya demo di jalanan juga tidak perlu ada. Jadi demo di darat dan demo di udara tidak diperlukan lagi," tutur Jimly.
Bagi Jimly, media sosial secara tidak langsung menjadi 'arena tarung' kedua pendukung. 'Perang keyboard' kerap terjadi hanya karena saling sindir antar kubu.
Dia meminta seluruh elemen masyarakat bisa menahan diri. Masyarakat diminta bijak menilai konten di media sosial. "Jangan ada yang baper bawa perasaan. Kadang ada (komentar) anak muda di twitter, ya tidak usah dibaca, tidak udah ditanggapi," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((AGA))