Bandung: Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla meyakini calon presiden urutan 01 Joko Widodo (Jokowi) tak akn otoriter jika terpilih memimpin Indonesia lima tahun ke depan. Jokowi kerap berkomunikasi dengan kabinet kerja untuk mengambil keputusan meski memiliki kekuasaan untuk menentukkan kebijakan.
"Saya percaya Pak Jokowi tidak punya niat untuk otoriter. Kenapa, karena apapun itu dirapatkan. Kadang bosen rapat tersebut. Apapun keputusannya selalu diambil bersama-sama," ujar JK saat menghadiri acara silaturahmi kebangsaan di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang 45, Kota Bandung, Minggu 17 Maret 2019.
Hal itu pun yang mengekuat JK jika Jokowi bukanlah sosok pemimpin yang otoriter atau mengambil keputusan sendiri. Pengalaman dan sikap ini dapat dilihatnya setelah mendampingi Jokowi hampir lima tahun ke belakang.
"Kalau seorang otoriter atau diktator pasti ambil keputusan pasti pukul meja dan pasti itu keputusan," ungkapnya.
Banyak negara jatuh karena pemimpinnya otoriter dan nepotisme. Dirinya mencontohkan saat zaman Soeharto memimpin Indonesia. Dia juga mengambil rujukan ke Venezuela yang runtuh setelah dipimpin diktator atau otoriter.
Keduanya jatuh digulingkan masyarakat karena tidak puas dengan berbagai kebijakan. Sementara Jokowi tidak ada kecenderungan seperti itu.
"Kedua putra beliau satu berjualan martabak satu berjualan pisang goreng, pasti tidak terlibat dari proyek-proyek pemerintah," sambungnya.
Menurutnya, jika suatu negara dipimpin seorang otoriter dan diktator, akan terjadi kesulitan pada negara. Hal itu pun diajui JK tak ingin terjadi kembali di Indonesia setelah era orde baru Suharto.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((SUR))