Jakarta: Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai mengecewakan pendukungnya. Prabowo yang bertemu dengan Presiden terpilih Joko Widodo dianggap mencederai pendukung yang telah berjuang sepenuh hati selama Pilpres 2019.
"Yang jelas sebagian pendukungnya melihat dengan kasat mata mereka bertemu sehingga sebagian kecewa berat terhadap pertemuan itu dan ini wajar bagi para pendukungnya yang telah berjuang sepenuh hati mereka," kata Sekjen PA 212 Bernard Abdul Jabbar, Jakarta, Minggu, 14 Juli 2019.
Bernard tetap berbaik sangka atas pertemuan dua tokoh bangsa tersebut. Ia menegaskan PA 212 tidak lagi terlibat dalam kegiatan Prabowo setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Ia menilai pertemuan tersebut adalah kewenangan Prabowo. Kali ini, kata ia, perjuangan PA 212 bukan untuk kepentingan Prabowo, dan akan menunggu arahan dari Habib Rizieq.
"Bagi PA 212, pertemuaan tersebut tetap husnuzhon walaupun sudah tidak bersama lagi. Karena perjuangan PA 212 adalah perjuangan bukan membela seseorang tapi perjuangan menegakkan amar makruf nahi mungkar. Kita hanya patuh pada imam besar Habib Rizieq Shihab (HRS)," kata Bernard.
Sementara itu, Kepala Divisi Hukum (Kadivhum) PA 212, Damai Hari Lubis, mengatakan pertemuan Prabowo dengan Jokowi menyakiti perasaan umat. Sebab, Prabowo tidak pernah menyampaikan rencana pertemuannya tersebut baik kepada pengurus PA 212 ataupun para ulama dan umat.
“Di luar konteks manfaatnya untuk umat, bangsa dan negara. Tapi tetap dirasa menyakiti kami komponen 212 dan umat, apalagi pernyataan dirinya (Prabowo) akan oposan, bila benar ambil langkah-langkah politik oposan dan dihubungkan dengan yang real (dilakukannya) ini, karena setahu kami, PS tidak atau belum sempat tabayyun dengan para ulama pendukungnya (ijtima ulama 1 dan 2)” kata Damai.
Pengamat politik dari UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, mengatakan Prabowo tidak akan mudah menepis kekecewaan di hati pendukungnya. Karena memang terdapat kelompok yang tak mengamini pertemuan itu.
Namun, Prabowo tidak perlu risau dengan sikap kelompok tersebut. Menurutnya, Partai Gerindra dan Prabowo telah memiliki massa dan pengaruh yang cukup besar.
"Jadi, kalau ditinggal PA 212 saya rasa biasa saja bagi Prabowo. Tanpa PA 212 pun Prabowo dan Gerindra sudah besar," kata Adi. (Rahmatul Fajri/Media Indonesia)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((AZF))