Jakarta: Direktur Eksekutif the Political Literacy, Gun Gun Heryanto, mengatakan dalam
pemilu, khususnya
pilpres ada yang disebut etos demokrasi, selain sistem demokrasi yang tengah dianut. Menurut dia, kalah atau menang dalam kontestasi hal yang lumrah.
Gun Gun menyebut dalam kontestasi pemilu ada momentum dijadikan prakondisi untuk pembentukan pemerintahan baru. Dalam situasi ini, kata dia, kondisi akan lebih kondusif dibanding masa kampanye atau proses sengketa hasil pemilu.
"Selain sistem demokratik kan ada yang disebut dengan etos demokrasi, dua hal itu kan berkesinambungan tidak hanya bicara aspek hukum tapi juga bicara aspek nilai kebijaksanaan dan lain-lain, kalah menang dalam rivalitas hal yang sangat lumrah” kata Gun Gun dalam tayangan
Metro TV, Kamis 25 April 2024.
Terlepas dari bagaimana dinamika yang terjadi, kata dia, catatan kritis soal dana bantuan sosial, potensi
abuse of power dan lainnya merupakan bagian dari dinamika politik elektoral yang telah berlangsung. Sehingga, bagaimana ke depannya dievaluasi dan diperbaiki.
"Menurut saya presiden terpilih dan wakil presiden terpilih itu perlu menunjukkan sinyal awal yang positif bahwa proses-proses saat ini dan kedepan tidak memutar arus sejarah itu pada otoritarian, tetapi lebih pada keterbukaan," ucap dia.
Gun Gun menyebut salah satu prasyarat keterbukaan yakni komunikasi yang lebih terbuka. Apalagi adanya relasi kuasa antara presiden dan DPR, sehingga komunikasi dengan calon mitra politik perlu dilakukan.
“Dengan tiga partai utama yang menjadi penyokong, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional itu kan hanya mengantongi perolehan suara 43,17 persen,” jelas Gun Gun.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((LDS))