Jakarta: Tiga calon presiden (capres) telah melakoni Debat Pilpres 2024 putaran kelima alias terakhir pada Minggu, 4 Februari 2024. Para capres saling beradu program, serta memaparkan visi misi dengan baik sepanjang debat tersebut.
Debat Pilpres 2024 terakhir digelar di Jakarta Convention Center (JCC). Dalam debat ini, para capres diberi sejumlah tema yaitu kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.
Debat terakhir ini dinilai berjalan dengan baik. Ketiga capres telah memaparkan visi misi dan program yang berkaitan dengan tema tersebut. Hanya saja, suasana sedikit berbeda terjadi di Debat Pilpres 2024 terakhir ini. Sebelumnya, tensi dalam dua debat pertama terbilang tinggi. Suasana berbeda dirasakan pada debat terakhir. Para capres tampak 'akur.’ Setidaknya, suasana tersebut dirasakan oleh Budayawan Indonesia, Sujiwo Tejo.
"Itu bukan debat, tapi akur-akuran. Debat misalkan kita berdebat soal Zilvi. Zilvi itu inspiring atau enggak? Nanti ada yang menilai 'iya Zilvi inspiring dari sisi ini'. Terus ada yang jawab 'oh enggak, dia inspiring dari fashion atau pemikirannya'. Kemudian ada yang jawab 'oh jangan ngomong soal fashion, kamu menghina perempuan. Perempuan harus dihargai dari otaknya'," kata pria yang akrab disapa Mbah Tejo itu.
Penampilan para capres juga dinilainya tidak terlalu memuaskan. Meski mampu memaparkan materi dan program dengan baik, tidak ada satu pun yang dipaparkan secara matang dan detail.
Salah satu contoh mengenai pemaparan capres nomor urut dua, Prabowo Subianto terkait pendidikan. Tejo menyukai pemaparan Prabowo yang menilai pentingnya pelajaran matematika di Tanah Air. Namun, sayangnya, tidak ada konsep matang yang dijelaskan mengenai hal tersebut.
"Saya berharap Pak Prabowo bagus. Dia selalu menyebut matematika lebih dari tiga kali. Saya kebetulan ahli matematika. Bangsa ini harus dibangun dari matematika," kata Tejo dalam acara diskusi live event Debat Capres yang disiarkan di Metro TV, Minggu, 4 Februari 2024.
"Matematika itu bukan hitungan. Salah. Matematika itu cara melihat pola dari segala sesuatu yang tidak terpola. Beberapa kali Pak Prabowo mengatakan pembangunan matematika karena matematika dasar dari seluruh ilmu pengetahuan. Tapi, enggak di-elaborate," lanjutnya.
Tejo juga mengacu pada penjelasan capres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo mengenai budi pekerti. Ia mengaku tidak mendapat penjelasan baik terkait budi pekerti dari mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
"Mas Ganjar bilang soal budi pekerti, tapi enggak di-elaborate. Jadi harusnya bagus-bagus. Problem kita adalah budi pekerti. Saya kalau ada orang ngomong, saya enggak akan main HP. Coba perhatikan tapi saya minoritas mungkin satu-satunya di Indonesia," tutur Tejo.
Begitu pula dengan pemaparan Anies mengenai ketimpangan pendidikan di Tanah Air. Lagi-lagi, Tejo tidak puas karena tidak ada penjelasan matang terkait itu.
"Kalau Mas Anies soal ketimpangan. Bagus. Bahkan ketimpangan pendidikan agama dan pendidikan umum. Tapi enggak dielaborate dan lawan debatnya pada setuju. Ini bukan debat," paparnya.
Ungkapan serupa juga dilontarkan pengamat politik, Ahmad Khoirul Umam. Ia beranggapan tidak ada konsep matang yang dipaparkan para capres dalam debat terakhir.
"Misalnya tadi ketika bicara tentang isu kebudayaan, kebudayaan itu adalah sebuah infrastruktur, bahkan suprastruktur peradaban yang sangat besar. Tetapi, tadi ketika meng-elaborate tentang isu kebudayaan seolah hanya direduksi di dalam konteks seni budaya. Sekadar isu kesenian," kata Umam.
"Padahal, kalau misal kita bicara tentang negara-negara Asia Timur, mereka bangkit dari sebuah kebudayaan tentang integritas, persitensi, kegigihan, kejujuran, dan bertanggung jawab. Itu yang seharusnya di-elaborate lebih detil," sambungnya.
Menurut Umam, salah satu konsep yang cukup menarik perhatian adalah mengenai nokmenklatur soal Kementerian Kebudayaan. Namun, lagi-lagi, butuh penjelasan yang lebih detail lagi terkait nokmenklatur tersebut.
"Apakah kemudian akan mereduksi Kementerian yang lain? Karena dalam konteks Undang Undang Kementerian negara itu dibatasi hanya 34 saja. Nah nomenklaturnya ini seperti apa? Itu butuh di-elaborate. Terutama oleh tim sukses 01," kata Umam.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ROS))