Jika Mau Masuk Putaran Kedua, Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud MD Harus Dapat 35% Suara
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Foto: Medcom.id/Daniel Christian Duta Erlangga
Jakarta: Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, disebut masih memiliki peluang maju ke putaran kedua di Pilpres 2024. Dengan catatan, kedua capres-cawapres itu mampu meraup 35 persen suara pada putaran pertama.
"Karena hitung-hitungan matematikanya kalau Anies dan Ganjar 35 persen, (Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka) tidak cukup menembus 35 persen juga. Makanya Anies dan Ganjar mengincar 35 persen," ujar Direktur Eksekutif Kedai Kopi Hendri Satrio dalam diskusi di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Sabtu, 18 November 2023.
Dia mengakui elektabilitas Prabowo-Gibran terus menanjak dalam beberapa survei. Namun, hasil itu bisa berbanding terbalik dengan kenyataannya setelah pencoblosan nanti.
"Bisa kejutan, waktu di survei paling atas, terus turun (saat pencoblosan)? Bisa. Prabowo merasakan itu di 2014 waktu melawan Jokowi (Presiden Joko Widodo)," papar dia.
Dia membeberkan faktor yang bisa menggerus suara capres-cawapres nomor urut dua itu. Salah satu, resistensi dari masyarakat soal politik dinasti.
Menurut dia, kubu Prabowo-Gibran perlu mengelola isu itu agar tidak berdampak buruk pada perolehan suaranya. "Jangan sampai kemudian kalah karena malunya dua kali. Sudah maksa-maksa ke Mahkamah (Konstitusi), tapi kalah juga," ucap Hendri.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
((AZF))
"Karena hitung-hitungan matematikanya kalau Anies dan Ganjar 35 persen, (Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka) tidak cukup menembus 35 persen juga. Makanya Anies dan Ganjar mengincar 35 persen," ujar Direktur Eksekutif Kedai Kopi Hendri Satrio dalam diskusi di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Sabtu, 18 November 2023.
Dia mengakui elektabilitas Prabowo-Gibran terus menanjak dalam beberapa survei. Namun, hasil itu bisa berbanding terbalik dengan kenyataannya setelah pencoblosan nanti.
"Bisa kejutan, waktu di survei paling atas, terus turun (saat pencoblosan)? Bisa. Prabowo merasakan itu di 2014 waktu melawan Jokowi (Presiden Joko Widodo)," papar dia.
| Baca Juga: Potensi Pemilih Muda Terbentur Tantangan Integritas Penyelenggara |
Dia membeberkan faktor yang bisa menggerus suara capres-cawapres nomor urut dua itu. Salah satu, resistensi dari masyarakat soal politik dinasti.
Menurut dia, kubu Prabowo-Gibran perlu mengelola isu itu agar tidak berdampak buruk pada perolehan suaranya. "Jangan sampai kemudian kalah karena malunya dua kali. Sudah maksa-maksa ke Mahkamah (Konstitusi), tapi kalah juga," ucap Hendri.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
((AZF))
BERITA TERKAIT
