Jakarta: Komisi Pemilihan Umum (KPU) membantah tudingan curang yang dilaporkan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga. Kuasa hukum KPU Setya Indra Arifin mengatakan kesalahan yang terjadi dalam sistem informasi penghitungan suara (Situng) KPU murni kekeliruan.
"Terlapor menolak dan menyatakan ketidakbenaran dari semua dalil pelapor kecuali yang diakui kebenarannya di dalam dalil ini," kata Indra di ruang sidang Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Jakarta, Rabu, 8 Mei 2019.
BPN melaporkan ada 49 kejadian kecurangan yang dilakukan KPU. Sebanyak 49 kecurangan itu diklaim telah menurunkan suara paslon Prabowo-Sandiaga secara signifikan.
"Tapi pada faktanya, sebanyak 35 kejadian setidaknya terlapor sudah memperbaiki datanya dan selesai sebelum laporan ini diterima. Artinya, jumlah temuan itu juga menjadi bagian monitoring yang terlapor (KPU) lakukan," kata Indra.
Lima dugaan kecurangan lainnya terjadi setelah KPU dilaporkan BPN. Indra mengaku lima laporan tersebut langsung dikoreksi setelah mendapat laporan.
"Langsung kami tindak lanjuti dengan verifikasi ulang dan perbaikan data agar data tersebut benar adanya. Ada pun yang didalilkan terlapor sejumlah 49 data sudah kami klarifikasi juga. Dan dapat kami nyatakan secara tegas bahwa hal tersebut merupakan murni kekeliruan dalam proses entri dan pindah dokumen atau proses verifikasi data di tingkat sebelumnya," tegas dia.
Indra menjamin kesalahan itu tidak disengaja. Ia menyampaikan KPU membuka
hotline aduan bagi warga yang menemukan kekeliruan-kekeliruan dalam sistem input data.
Terdapat dua laporan dugaan kecurangan yang dilaporkan BPN ke Bawaslu. Pertama, terkait dugaan kecurangan Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU. BPN menilai banyak kesalahan dalam proses input data formulir C1 plano ke dalam Situng.
Kedua, terkait dugaan kecurangan yang dilakukan lembaga survei yang merilis hasil hitung cepat Pilpres 2019. Beberapa lembaga yang dilaporkan di antaranya LSI Denny JA, Saiful Mujani Research Center (SMRC), Charta Politika, Indobarometer, Poltracking, dan Voxpol Research Center.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((DRI))