Jakarta: Sensor oksigen (O2) merupakan komponen penting pada sistem mesin kendaraan yang berfungsi untuk memantau kadar oksigen dalam gas buang. Meski lokasinya berada di area mesin, namun kondisinya perlu dicek untuk memastikan bekerja dengan baik.
Aftermarket Technical Support PT Niterra Mobility Indonesia, Diko Oktaviano, menyebutkan sensor O2 berfungsi untuk mengukur kadar oksigen dalam gas buang yang dihasilkan oleh mesin. Hasil pengukuran tersebut kemudian diteruskan ke sistem kontrol elektronik mesin (ECU).
ECU menggunakan informasi ini untuk mengatur campuran udara dan bahan bakar yang optimal, yang berdampak langsung pada performa mesin dan efisiensi bahan bakar. Dengan mengetahui kadar oksigen, ECU dapat memastikan pembakaran yang efisien membantu kendaraan mencapai performa optimal dan mengurangi emisi gas buang yang berbahaya bagi lingkungan.
"Ketika mesin beroperasi, gas buang yang mengandung oksigen mengalir melalui sensor. Jika kadar oksigen terlalu tinggi atau rendah, ECU akan menyesuaikan rasio bahan bakar agar pembakaran menjadi lebih efisien dan mesin dapat beroperasi dengan baik," ujar Diko pada Senin (10-2-2025) di Kemang Jakarta Selatan.
Jika sensor oksigen mengalami kerusakan atau berfungsi tidak semestinya, dapat menyebabkan beberapa masalah serius pada kendaraan, seperti:
Konsumsi Bahan Bakar Meningkat – Tanpa informasi yang akurat, ECU mungkin mengatur campuran bahan bakar terlalu kaya atau terlalu miskin, yang menyebabkan pemborosan bahan bakar.
Emisi Gas Buang Meningkat – Sensor oksigen yang rusak dapat menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna, menghasilkan lebih banyak emisi gas berbahaya, dan berisiko tidak lulus uji emisi.
Penurunan Performa Mesin – Kerusakan sensor dapat membuat mesin kehilangan tenaga, respons mesin menjadi lambat, dan penurunan efisiensi keseluruhan.
Kerusakan Komponen Lainnya – Jika pembakaran tidak efisien, bisa menyebabkan kerusakan pada komponen mesin lainnya, seperti katup, piston, dan catalytic converter.
Beberapa tanda umum bahwa sensor oksigen Anda mengalami kerusakan antara lain:
Lampu indikator check engine menyala pada dashboard.
Mesin kendaraan cenderung bergetar atau tidak berjalan mulus.
Penurunan kinerja bahan bakar dan mesin secara signifikan.
Kendaraan mengeluarkan asap tebal atau emisi yang berlebihan.
Kendaraan kesulitan untuk mencapai akselerasi yang normal.
Jakarta: Sensor oksigen (O2) merupakan komponen penting pada sistem
mesin kendaraan yang berfungsi untuk memantau kadar oksigen dalam
gas buang. Meski lokasinya berada di area mesin, namun kondisinya perlu dicek untuk memastikan bekerja dengan baik.
Aftermarket Technical Support PT Niterra Mobility Indonesia, Diko Oktaviano, menyebutkan sensor O2 berfungsi untuk mengukur kadar oksigen dalam gas buang yang dihasilkan oleh mesin. Hasil pengukuran tersebut kemudian diteruskan ke sistem kontrol elektronik mesin (ECU).
ECU menggunakan informasi ini untuk mengatur campuran udara dan bahan bakar yang optimal, yang berdampak langsung pada performa mesin dan efisiensi bahan bakar. Dengan mengetahui kadar oksigen, ECU dapat memastikan pembakaran yang efisien membantu kendaraan mencapai performa optimal dan mengurangi emisi gas buang yang berbahaya bagi lingkungan.
"Ketika mesin beroperasi, gas buang yang mengandung oksigen mengalir melalui sensor. Jika kadar oksigen terlalu tinggi atau rendah, ECU akan menyesuaikan rasio bahan bakar agar pembakaran menjadi lebih efisien dan mesin dapat beroperasi dengan baik," ujar Diko pada Senin (10-2-2025) di Kemang Jakarta Selatan.
Jika sensor oksigen mengalami kerusakan atau berfungsi tidak semestinya, dapat menyebabkan beberapa masalah serius pada kendaraan, seperti:
- Konsumsi Bahan Bakar Meningkat – Tanpa informasi yang akurat, ECU mungkin mengatur campuran bahan bakar terlalu kaya atau terlalu miskin, yang menyebabkan pemborosan bahan bakar.
- Emisi Gas Buang Meningkat – Sensor oksigen yang rusak dapat menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna, menghasilkan lebih banyak emisi gas berbahaya, dan berisiko tidak lulus uji emisi.
- Penurunan Performa Mesin – Kerusakan sensor dapat membuat mesin kehilangan tenaga, respons mesin menjadi lambat, dan penurunan efisiensi keseluruhan.
- Kerusakan Komponen Lainnya – Jika pembakaran tidak efisien, bisa menyebabkan kerusakan pada komponen mesin lainnya, seperti katup, piston, dan catalytic converter.
Beberapa tanda umum bahwa sensor oksigen Anda mengalami kerusakan antara lain:
- Lampu indikator check engine menyala pada dashboard.
- Mesin kendaraan cenderung bergetar atau tidak berjalan mulus.
- Penurunan kinerja bahan bakar dan mesin secara signifikan.
- Kendaraan mengeluarkan asap tebal atau emisi yang berlebihan.
- Kendaraan kesulitan untuk mencapai akselerasi yang normal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)