Padahal, dampak penggunaan bensin dengan RON tidak sesuai pada mobil bisa sangat merugikan, baik dari segi performa, efisiensi bahan bakar, maupun biaya perawatan jangka panjang.
Disitat dari situs resmi Wuling Motors, penggunaan bahan bakar dengan RON yang lebih rendah dari yang direkomendasikan oleh pabrikan dapat memicu fenomena knocking atau detonasi dini. Knocking terjadi ketika campuran udara dan bahan bakar terbakar sebelum waktunya.
Akibat tekanan dan suhu tinggi dalam silinder, sehingga pembakaran tidak lagi terkendali. Hal ini menyebabkan getaran dan suara ketukan pada mesin, sekaligus menurunkan performa kendaraan secara signifikan.
Baca Juga: 3 Kondisi yang Mengharamkan Rem Mendadak Mobil |
Sebagai contoh, mobil modern seperti Alvez yang menggunakan mesin 1.485 cc DVVT DOHC membutuhkan bensin dengan RON tertentu untuk mengoptimalkan tenaga dan efisiensi pembakaran.
Mesin ini mampu menghasilkan tenaga 105 daya kuda dan torsi 143 Nm, namun jika menggunakan RON bensin mobil yang tidak sesuai, tenaga aktual bisa jauh di bawah spesifikasi tersebut.
Masalah lain yang timbul dari penggunaan RON bensin yang tidak tepat adalah pemborosan bahan bakar. Studi menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar bisa meningkat hingga 10-15 persen jika RON bahan bakar berada di bawah standar pabrikan.
Energi dalam bahan bakar tidak dikonversi secara efisien menjadi tenaga gerak, membuat kendaraan menjadi lebih boros. Tak hanya itu, pembakaran tidak sempurna menghasilkan lebih banyak emisi berbahaya seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx) yang memperburuk polusi udara.
Baca Juga: Buat 'Kaum Mendang-Mending', Begini Caranya Beli Mobil Baru Diskon Gede |
Selain menurunkan efisiensi, bensin dengan angka oktan rendah juga meninggalkan deposit karbon di ruang bakar. Endapan ini menumpuk di piston, katup, dan kepala silinder, sehingga mengganggu kerja mekanikal dan mempercepat keausan komponen mesin.
Bahkan dalam kasus ekstrem, knocking yang terjadi terus-menerus bisa menyebabkan deformasi piston atau keretakan pada kepala silinder, dengan biaya perbaikan yang bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Tidak hanya itu, sistem pengapian pun ikut terdampak. Busi cepat kotor dan aus karena pembakaran tidak sempurna, memaksa penggantian lebih cepat dari biasanya. Jika busi biasanya bertahan hingga 40.000 km.
Maka usia pakainya bisa berkurang hingga separuh akibat penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai. Coil pengapian juga bekerja ekstra keras, meningkatkan risiko kerusakan.
Baca Juga: Penting Buat Keselamatan, Interkom Bukan Buat Gaya Doang saat Touring! |
Salah satu dampak terparah dari penggunaan RON yang tidak sesuai adalah gangguan pada Engine Control Unit (ECU). ECU dirancang untuk bekerja berdasarkan parameter pembakaran optimal. Ketika mesin mengalami knocking, ECU akan terus menyesuaikan pengapian agar mesin tetap bisa beroperasi.
Namun, penyesuaian terus-menerus ini membuat ECU dan sensor-sensor terkait seperti sensor oksigen, sensor detonasi, dan sensor throttle bekerja di luar batas optimalnya. Akibatnya, sistem elektronik bisa mengalami overheat, kerusakan, hingga munculnya lampu check engine.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News