Jakarta – Selama ini solo riding atau touring motor jarak jauh seorang diri pernah dilakukan sejumlah pengendara. Misalnya saja dilakukan oleh Jeffrey “JJ” Polnaja yang berkeliling dunia membawa pesan perdamaian “Ride for Peace”, seraya mengendarai BMW GS 1150 GS. Kang JJ sapaan akrabnya, adalah orang Indonesia pertama yang berkeliling dunia mengendarai motor seorang diri.
Kemudian ada Mario Iroth, Pria asal Manado Sulawesi Utara yang dikenal sebagai seorang petualang bermotor “Wheel Story”. Seluruh benua di dunia telah disambanginya dengan mengendarai beberapa jenis motor berganti-ganti. Salah satunya adalah Honda CRF1000L Africa Twin. Serta ada pula solo rider lainnya, yang tidak tersebut satu persatu, dan begitu menikmati apa yang mereka lakukan tersebut.
Namun, untuk solo riding yang dilakukan pengendara motor yang satu ini memang terbilang unik dan menarik. Adalah sosok Roman Nedielka, melakukan solo riding mengendarai motor berdimensi relatif besar, tetapi bertenaga listrik!
Ya, Roman berkeliling ke beberapa negara di dunia, dengan mengendarai motor listrik standar Zero DSR/X, yang dilengkapi side box dan top box, tanpa ada modifikasi lainnya. Dia adalah orang pertama di dunia yang solo riding beberapa negara mengendarai motor listrik.
Mengawali titik perjalanan seorang diri dari Jakarta, pada Juli 2023, dengan visi untuk menunjukkan kelayakan dan keandalan motor listrik. Perjalanan jarak jauh yang ekstrem keliling dunia, bertajuk “e.Round the World” Journey dilakoninya.
Pria asal Slovakia ini berkelana bersama tunggangannya ke sejumlah negara. Seperti Malaysia, Thailand, Laos, China, Kazakhstan, Azerbaijan, Georgia, Turkiye, Bulgaria, Serbia, Hongaria, Slovakia, Ceko, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Australia, Timor Leste, dan kembali ke Jakarta, Indonesia, menempuh jarak lebih dari 42.000 km.
“Saya membawa pesan, ingin menyampaikan bahwa mengendarai motor listrik itu aman dan menyenangkan. Bahkan bisa sampai keliling ke beberapa negara di dunia, dan kembali finis di Jakarta,” jelas pria yang sudah lama menetap di Jakarta ini, saat media gathering di salah satu kafe di bilangan Jl. Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (30/5/2024).
Banyak hal yang dia dapat selama 10 bulan perjalanan, yang diakuinya tidak melibatkan dukungan sponsor sama sekali. Beragam tantangan dari budaya, iklim, dan bentang alam, yang masing-masing mempersembahkan pengalamannya tersendiri, menjadi santapan perjalanannya.
Mulai dari melintasi hutan hujan tropis di Asia Tenggara, bahkan di kala musim hujan. Lalu melahap trek yang berupa hamparan gurun pasir di Kazakhstan yang luas dengan anginnya yang kencang. Belum lagi menghadapi suhu beku Amerika Serikat di musim dingin, hingga musim panas yang mencapai 45°C di Benua Kanguru, Australia.
Menurut Roman, meski kondisinya menantang, perjalanan berjalan lancar tanpa kendala apa pun pada kendaraan bertenaga listriknya. Hanya memerlukan perawatan khas motor ICE berbahan bakar minyak, seperti penggantian ban dan rem, setelah 25.000 km.
“Sepanjang perjalanan, selalu ada kemungkinan untuk menemukan tempat pengisian daya baterai motor listrik saya. Cukup dengan meminta izin kepada orang-orang di sana, agar dapat menggunakannya. Secara umum, mereka ramah dan membantu. Saya tidak pernah kehabisan daya baterai selama perjalanan,” jelas Roman yang sempat mengisi daya baterai motornya di salah satu charging station di kawasan IKN, Kalimantan.
Pada akhir perjalanannya kini, Roman mengaku tetap berkomitmen meningkatkan ekosistem e-mobilitas di Indonesia. Mendorong lebih banyak orang untuk menggunakan opsi transportasi berkelanjutan.
“Saya berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang, untuk mempertimbangkan mobilitas listrik, dan berkontribusi terhadap peningkatan kelayakan hidup dan kualitas hidup di kota-kota di Indonesia,” pungkasnya. (Autogear.id-Alun)
Jakarta – Selama ini solo riding atau
touring motor jarak jauh seorang diri pernah dilakukan sejumlah
pengendara. Misalnya saja dilakukan oleh Jeffrey “JJ” Polnaja yang berkeliling dunia membawa pesan perdamaian “Ride for Peace”, seraya mengendarai BMW GS 1150 GS. Kang JJ sapaan akrabnya, adalah orang Indonesia pertama yang berkeliling dunia mengendarai motor seorang diri.
Kemudian ada Mario Iroth, Pria asal Manado Sulawesi Utara yang dikenal sebagai seorang petualang bermotor “Wheel Story”. Seluruh benua di dunia telah disambanginya dengan mengendarai beberapa jenis motor berganti-ganti. Salah satunya adalah Honda CRF1000L Africa Twin. Serta ada pula solo rider lainnya, yang tidak tersebut satu persatu, dan begitu menikmati apa yang mereka lakukan tersebut.
Namun, untuk solo riding yang dilakukan pengendara motor yang satu ini memang terbilang unik dan menarik. Adalah sosok
Roman Nedielka, melakukan solo riding mengendarai motor berdimensi relatif besar, tetapi bertenaga listrik!
Ya, Roman berkeliling ke beberapa negara di dunia, dengan mengendarai motor listrik standar Zero DSR/X, yang dilengkapi side box dan top box, tanpa ada modifikasi lainnya. Dia adalah orang pertama di dunia yang solo riding beberapa negara mengendarai motor listrik.
Mengawali titik perjalanan seorang diri dari Jakarta, pada Juli 2023, dengan visi untuk menunjukkan kelayakan dan keandalan motor listrik. Perjalanan jarak jauh yang ekstrem keliling dunia, bertajuk “e.Round the World” Journey dilakoninya.
Pria asal Slovakia ini berkelana bersama tunggangannya ke sejumlah negara. Seperti Malaysia, Thailand, Laos, China, Kazakhstan, Azerbaijan, Georgia, Turkiye, Bulgaria, Serbia, Hongaria, Slovakia, Ceko, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Australia, Timor Leste, dan kembali ke Jakarta, Indonesia, menempuh jarak lebih dari 42.000 km.
“Saya membawa pesan, ingin menyampaikan bahwa mengendarai motor listrik itu aman dan menyenangkan. Bahkan bisa sampai keliling ke beberapa negara di dunia, dan kembali finis di Jakarta,” jelas pria yang sudah lama menetap di Jakarta ini, saat media gathering di salah satu kafe di bilangan Jl. Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (30/5/2024).
Banyak hal yang dia dapat selama 10 bulan perjalanan, yang diakuinya tidak melibatkan dukungan sponsor sama sekali. Beragam tantangan dari budaya, iklim, dan bentang alam, yang masing-masing mempersembahkan pengalamannya tersendiri, menjadi santapan perjalanannya.
Mulai dari melintasi hutan hujan tropis di Asia Tenggara, bahkan di kala musim hujan. Lalu melahap trek yang berupa hamparan gurun pasir di Kazakhstan yang luas dengan anginnya yang kencang. Belum lagi menghadapi suhu beku Amerika Serikat di musim dingin, hingga musim panas yang mencapai 45°C di Benua Kanguru, Australia.
Menurut Roman, meski kondisinya menantang, perjalanan berjalan lancar tanpa kendala apa pun pada kendaraan bertenaga listriknya. Hanya memerlukan perawatan khas motor ICE berbahan bakar minyak, seperti penggantian ban dan rem, setelah 25.000 km.
“Sepanjang perjalanan, selalu ada kemungkinan untuk menemukan tempat pengisian daya baterai motor listrik saya. Cukup dengan meminta izin kepada orang-orang di sana, agar dapat menggunakannya. Secara umum, mereka ramah dan membantu. Saya tidak pernah kehabisan daya baterai selama perjalanan,” jelas Roman yang sempat mengisi daya baterai motornya di salah satu charging station di kawasan IKN, Kalimantan.
Pada akhir perjalanannya kini, Roman mengaku tetap berkomitmen meningkatkan ekosistem e-mobilitas di Indonesia. Mendorong lebih banyak orang untuk menggunakan opsi transportasi berkelanjutan.
“Saya berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang, untuk mempertimbangkan mobilitas listrik, dan berkontribusi terhadap peningkatan kelayakan hidup dan kualitas hidup di kota-kota di Indonesia,” pungkasnya.
(Autogear.id-Alun) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)