Jakarta: Kementerian Perindustrian meyakini Indonesia bakal memiliki peranan strategis di industri otomotif masa depan, khususnya untuk kendaraan listrik. Bahkan Indonesia juga diyakini bakal menjadi salah satu pemeran utama dalam sektor kendaraan ramah lingkungan tersebut, baik mobil listrik dan motor listrik.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyebutkan meningkatnya kebutuhan baterai kendaraan listrik dinilai akan mendukung peran strategis dalam rantai pasok global industri kendaraan listrik. Hal ini mengingat posisi Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia serta masih tingginya cadangan bahan baku primer lainnya seperti cobalt, mangan, dan aluminium.
”Saat ini, ada sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai, yang meliputi lima perusahaan penyedia bahan baku baterai terdiri dari nikel murni, kobalt murni, ferro nikel, endapan hidroksida campuran, dan lain-lain, serta empat perusahaan adalah produsen baterai,” ungkapnya.
Dengan demikian, Indonesia mampu mendukung rantai pasokan baterai untuk kendaraan listrik mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai dan perakitan baterai, manufaktur kendaraan listrik, hingga daur ulang baterai kendaraan listrik.
”Masa depan kendaraan listrik juga tergantung pada inovasi baterai yang saat ini cenderung tidak menggunakan bahan baku nikel, kobalt, dan mangan seperti lithium sulfur dan lithium ferro phosphor yang membuat baterai lebih murah, termasuk juga inovasi solid baterai dan pengembangan basis storage hidrogen,” paparnya.
Oleh karena itu, industri baterai di Indonesia harus mengantisipasi perkembangan teknologi ke depan karena akan membawa dampak baterai yang lebih murah, energi yang dihasilkan lebih tinggi, dan waktu pengisian yang singkat.
”Adanya teknologi disruptive battery seperti ini mengindikasikan ketersediaan nikel, mangan, dan kobalt melimpah tidak menjamin produksi baterai keberhasilan produksi baterai. Pertimbangan biaya dan kemampuan storage dari material baru juga harus diantisipasi,” tandasnya.
Besarnya Pasar Baterai Kendaraan Listrik Di Dunia
Menurut Agus, penjualan kendaraan listrik murni (battery electric vehicle/BEV) mengalami peningkatan setiap tahunnya meskipun di tengah masa pandemi Covid 19. ”Diperkirakan penjualan BEV untuk jenis kendaraan penumpang pada tahun 2021 akan mencapai lebih dari 28 juta unit dengan market share sekitar 30 persen,” sebutnya.
Pertumbuhan tersebut berdampak pada peningkatan kebutuhan baterai lithium ion sebesar 1,65 juta GWh pada tahun 2030, serta kebutuhan infrastruktur charging station sekitar 9,89 juta unit pada tahun yang sama.
”Tingginya proyeksi peningkatan populasi kendaraan listrik dunia sedikit banyak dipengaruhi oleh global initiative campaign yang diprakarsai oleh berbagai negara maju dengan bekerjasama dengan para produsen EV global serta organisasi nirlaba lainnya,” papar Agus.
Jakarta: Kementerian Perindustrian meyakini Indonesia bakal memiliki peranan strategis di
industri otomotif masa depan, khususnya untuk kendaraan listrik. Bahkan Indonesia juga diyakini bakal menjadi salah satu pemeran utama dalam sektor kendaraan ramah lingkungan tersebut, baik
mobil listrik dan motor listrik.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyebutkan meningkatnya kebutuhan
baterai kendaraan listrik dinilai akan mendukung peran strategis dalam rantai pasok global industri kendaraan listrik. Hal ini mengingat posisi Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia serta masih tingginya cadangan bahan baku primer lainnya seperti cobalt, mangan, dan aluminium.
”Saat ini, ada sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai, yang meliputi lima perusahaan penyedia bahan baku baterai terdiri dari nikel murni, kobalt murni, ferro nikel, endapan hidroksida campuran, dan lain-lain, serta empat perusahaan adalah produsen baterai,” ungkapnya.
Dengan demikian, Indonesia mampu mendukung rantai pasokan baterai untuk
kendaraan listrik mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai dan perakitan baterai, manufaktur kendaraan listrik, hingga daur ulang baterai kendaraan listrik.
”Masa depan kendaraan listrik juga tergantung pada inovasi baterai yang saat ini cenderung tidak menggunakan bahan baku nikel, kobalt, dan mangan seperti lithium sulfur dan lithium ferro phosphor yang membuat baterai lebih murah, termasuk juga inovasi solid baterai dan pengembangan basis storage hidrogen,” paparnya.