Jakarta: Di tengah pandemi sekarang ini, semakin banyak masyarakat yang memperhatikan aspek kesehatannya di dalam hidup mereka. Bahkan kesadaran akan kesehatan para pengemudi dan penumpang mobil semakin tinggi, dan mereka inginkan bepergian dengan aman, sehat, dan nyaman.
Bosch Automotive Aftermarket Indonesia melakukan survey terhadap 300 pengemudi dengan kebiasaan berkendara di jalan selama 2-4 jam sehari. Survey ini dijalankan pada April 2020 ketika Covid-19 mulai mewabah.
Hasil survey menyebutkan 96 persen peserta mengaku sadar akan pentingnya kesehatan udara di dalam mobil. Bahkan, 70 persen mengetahui sirkulasi udara di dalam mobil berpotensi mengandung partikel yang membahayakan kesehatan.
Survei juga menunjukkan 58 persen pengemudi merasakan udara dalam kendaraan terasa berdebu (tidak bersih). Menguatkan itu, temuan Stephen Holgate dari University of Southampton membuktikan kadar polutan di dalam mobil bisa 9 - 12 kali lebih tinggi daripada udara di luar kendaraan.
Kadar polutan semakin memburuk ketika mobil terjebak kemacetan lalu lintas, mengingat emisi gas kendaraan di sekitarnya turut masuk dan tersirkulasi. Artinya, tak hanya pengguna kendaraan yang perlu bermasker untuk melindungi kesehatan diri dan keluarga.
Channel Marketing Manager Bosch Automotive Aftermarket Indonesia, Arditya Wicaktama, menyebutkan kualitas udara di dalam kabin ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah filter kabin yang bisa menyaring berbagai debu atau bahkan partikel tidak sehat di udara.
“Kesehatan diri dan keluarga semakin berharga pada masa pandemi. Karenanya, mobil pribadi yang menjadi modal penting untuk mobilitas kita sehari-hari juga harus mampu mendukung itu. Kualitas udara yang baik di dalam kendaraan dapat tercipta dengan dukungan filter kabin yang tepat," ungkap Arditya Wicaktama Rabu (25-8-2021) melalui jumpa pers virtual.
Melihat kebutuhan ini, produsen komponen otomotif asal Jerman ini menawarkan produk filter kabin Aeristo Premium. Penyaring udara ini memiliki teknologi material bermuatan elektrostatik yang mampu menghilangkan partikel halus dan polutan udara hingga sekecil 2,5 mikron (atau sebesar 3 persen diameter rambut manusia).
Berdasarkan hasil uji menggunakan air quality meter yang mereka lakukan, tingkat partikel udara berbahaya dalam mobil mencapai 0,52 ketika masih menggunakan filter kabin standar. Sedangkan, di luar kendaraan angkanya berada di kisaran 0,35. Sedangkan ketika menggunakan Aeristo Premium partikel udara berbahaya dalam mobil menjadi 0,02.
“Filter kabin ini memiliki lapisan polifenol alami berbasis tumbuhan yang mencekal masuknya virus dengan mengurai kandungan proteinnya, serta mencegah pertumbuhan bakteri. Sementara, lapisan karbon aktifnya menyerap dan menetralkan bau tak sedap serta gas berbahaya. Lebih dari itu, Aeristo Premium juga diperkuat lapisan anti-alergi bersifat anti-jamur yang mampu menyaring penyebab alergi (alergen) seperti bulu bulu hewan peliharaan, serbuk sari, dan spora jamur yang terbawa dalam udara,” tegas Arditya.
Jakarta: Di tengah pandemi sekarang ini, semakin banyak masyarakat yang memperhatikan aspek kesehatannya di dalam hidup mereka. Bahkan kesadaran akan kesehatan para pengemudi dan penumpang mobil semakin tinggi, dan mereka inginkan bepergian dengan aman, sehat, dan nyaman.
Bosch Automotive Aftermarket Indonesia melakukan survey terhadap 300 pengemudi dengan kebiasaan berkendara di jalan selama 2-4 jam sehari. Survey ini dijalankan pada April 2020 ketika Covid-19 mulai mewabah.
Hasil survey menyebutkan 96 persen peserta mengaku sadar akan pentingnya kesehatan udara di dalam mobil. Bahkan, 70 persen mengetahui sirkulasi udara di dalam mobil berpotensi mengandung partikel yang membahayakan kesehatan.
Survei juga menunjukkan 58 persen pengemudi merasakan udara dalam kendaraan terasa berdebu (tidak bersih). Menguatkan itu, temuan Stephen Holgate dari University of Southampton membuktikan kadar polutan di dalam mobil bisa 9 - 12 kali lebih tinggi daripada udara di luar kendaraan.
Kadar polutan semakin memburuk ketika mobil terjebak kemacetan lalu lintas, mengingat emisi gas kendaraan di sekitarnya turut masuk dan tersirkulasi. Artinya, tak hanya pengguna kendaraan yang perlu bermasker untuk melindungi kesehatan diri dan keluarga.