Jakarta: Michelin menyatakan undur diri dari Kejuaraan Dunia Formula E ABB FIA pada akhir seri 2021/2022. Produsen ban asal Perancis ini meyakini bahwa riset dan data-data yang dibutuhkan untuk menghasilkan ban khusus untuk mobil listrik sudah cukup.
Presiden Direktur Michelin Indonesia, Steven Vette, menyebutkan perusahan sudah bergabung dengan ajang Formula E sejak tahun 2013. Selama kurun waktu 9 tahun, mereka mengakui sudah berhasil menyempurnakan teknologi ban kendaraan listrik dan menjadi pemimpin segmen ban kendaraan elektrik.
“Keterlibatan dan kerjasama selama bertahun-tahun dengan penyelenggara Formula E, tim balap, serta FIA (Fédération International de l'Automobile) menjadi kontribusi perusahaan untuk kesuksesan Formula E hingga saat ini. Namun pencapaian utama dari Formula E adalah penyempurnaan ban ePrimacy dan Pilot Sport EV,” ujar Steven Vette melalui keterangan resminya.
Direktur Michelin Motorsport, Matthieu Bonardel, mengatakan ajang motorsport memungkinkan untuk berinovasi, menguji ide-ide baru, mempelajari serta mentransmisikan keahlian yang didapat, dan disaat yang sama mengevaluasi teknologi baru di kondisi ekstrem dalam waktu singkat. Hasilnya, ban kendaraan elektrik generasi baru memiliki bobot lebih ringan, lebih hemat energi, serta tingkat keamanan lebih tinggi.
“Ban Pilot Sport EV menggambarkan bagaimana ajang motorsport dapat mempercepat pengembangan teknologi ban untuk kendaraan di jalan raya. Karena itu Michelin Motorsport memainkan peran penting bagi perusahaan serta mitra-mitranya dan produsen mobil dalam mencari solusi konkret baik untuk kendaraan elektrik maupun kendaraan lainnya,” lanjutnya.
Keterlibatan produsen ban tersebut dalam motorsport meningkatkan keterampilan dan keahlian khusus dalam pengembangan ban yang hanya bisa didapatkan dari olahraga tingkat tinggi. Meskipun menarik diri dari Formula E, tetapi merek yang identik dengan maskotnya tersebut akan terus melihat motorsport sebagai laboratorium bagi penciptaan teknologi ban yang akan datang.
Ketika Formula E pertama kali diluncurkan, para pembalap diberikan ban Pilot Sport EV, yang memiliki kesamaan dengan ban jalan umumnya dengan tapak berpola. Ban ini memiliki keunggulan karena mirip dengan ban harian, namun memiliki kekuatan dan karakterisitik seperti ban balap, berbeda dengan ban balap umumnya yang tidak berpola atau gundul.
Hal ini dikarenakan balapan Formula E diadakan di sirkuit jalanan terbuka dengan lalu lintas normal sepanjang waktu, berbeda dengan balapan lain yang digelar di sirkuit khusus balap. Pada 2014, Michelin menciptakan ban pertama yang digunakan pada seri balap single-seater elektrik kelas dunia tersebut.
Sepanjang perjalanan Formula E, para insinyur terus menyempurnakan Pilot Sport EV sehingga menghasilkan ban yang mampu berakselerasi dari kecepatan 0 hingga 100 km/jam dalam waktu kurang dari tiga detik (mirip dengan mobil Formula 1), mengurangi rolling resistance yang merupakan area yang sangat penting dalam kasus mobil listrik, memperpanjang usia pakai ban, serta mengurangi bobot ban hingga 2,5 kg lebih ringan.
Jakarta: Michelin menyatakan undur diri dari Kejuaraan Dunia Formula E ABB FIA pada akhir seri 2021/2022. Produsen ban asal Perancis ini meyakini bahwa riset dan data-data yang dibutuhkan untuk menghasilkan ban khusus untuk mobil listrik sudah cukup.
Presiden Direktur Michelin Indonesia, Steven Vette, menyebutkan perusahan sudah bergabung dengan ajang Formula E sejak tahun 2013. Selama kurun waktu 9 tahun, mereka mengakui sudah berhasil menyempurnakan teknologi ban kendaraan listrik dan menjadi pemimpin segmen ban kendaraan elektrik.
“Keterlibatan dan kerjasama selama bertahun-tahun dengan penyelenggara Formula E, tim balap, serta FIA (Fédération International de l'Automobile) menjadi kontribusi perusahaan untuk kesuksesan Formula E hingga saat ini. Namun pencapaian utama dari Formula E adalah penyempurnaan ban ePrimacy dan Pilot Sport EV,” ujar Steven Vette melalui keterangan resminya.
Direktur Michelin Motorsport, Matthieu Bonardel, mengatakan ajang motorsport memungkinkan untuk berinovasi, menguji ide-ide baru, mempelajari serta mentransmisikan keahlian yang didapat, dan disaat yang sama mengevaluasi teknologi baru di kondisi ekstrem dalam waktu singkat. Hasilnya, ban kendaraan elektrik generasi baru memiliki bobot lebih ringan, lebih hemat energi, serta tingkat keamanan lebih tinggi.
“Ban Pilot Sport EV menggambarkan bagaimana ajang motorsport dapat mempercepat pengembangan teknologi ban untuk kendaraan di jalan raya. Karena itu Michelin Motorsport memainkan peran penting bagi perusahaan serta mitra-mitranya dan produsen mobil dalam mencari solusi konkret baik untuk kendaraan elektrik maupun kendaraan lainnya,” lanjutnya.
Keterlibatan produsen ban tersebut dalam motorsport meningkatkan keterampilan dan keahlian khusus dalam pengembangan ban yang hanya bisa didapatkan dari olahraga tingkat tinggi. Meskipun menarik diri dari Formula E, tetapi merek yang identik dengan maskotnya tersebut akan terus melihat motorsport sebagai laboratorium bagi penciptaan teknologi ban yang akan datang.
Ketika Formula E pertama kali diluncurkan, para pembalap diberikan ban Pilot Sport EV, yang memiliki kesamaan dengan ban jalan umumnya dengan tapak berpola. Ban ini memiliki keunggulan karena mirip dengan ban harian, namun memiliki kekuatan dan karakterisitik seperti ban balap, berbeda dengan ban balap umumnya yang tidak berpola atau gundul.
Hal ini dikarenakan balapan Formula E diadakan di sirkuit jalanan terbuka dengan lalu lintas normal sepanjang waktu, berbeda dengan balapan lain yang digelar di sirkuit khusus balap. Pada 2014, Michelin menciptakan ban pertama yang digunakan pada seri balap single-seater elektrik kelas dunia tersebut.
Sepanjang perjalanan Formula E, para insinyur terus menyempurnakan Pilot Sport EV sehingga menghasilkan ban yang mampu berakselerasi dari kecepatan 0 hingga 100 km/jam dalam waktu kurang dari tiga detik (mirip dengan mobil Formula 1), mengurangi rolling resistance yang merupakan area yang sangat penting dalam kasus mobil listrik, memperpanjang usia pakai ban, serta mengurangi bobot ban hingga 2,5 kg lebih ringan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)