Skuat Timnas Indonesia. (Foto: Dok. PSSI)
Skuat Timnas Indonesia. (Foto: Dok. PSSI)

Tetap Waspada Melawan Singapura

Medcom • 22 Desember 2021 11:25
DENGAN raihan yang kurang memuaskan di ajang kualifikasi Piala Dunia 2022, yakni menjadi juru kunci grup dengan hanya sekali imbang dan tujuh kali kalah, termasuk dari Vietnam, Malaysia, dan Thailand, wajar apabila Timnas Indonesia tidak diunggulkan di ajang Piala AFF 2021. Namun, untuk kesembilan kalinya sejak turnamen digelar pada 1996, Indonesia mampu mencapai semifinal.       
 
Datang dengan skuat muda, pasukan asuhan Shin Tae-yong mampu keluar sebagai juara grup dengan raihan 10 poin dari tiga kemenangan dan satu hasil imbang melawan tim yang paling diunggulkan, yaitu Vietnam. Kita tahu Vietnam merupakan juara bertahan Piala AFF 2018.
 
Meskipun didominasi pemain muda dengan rata-rata usia 23,8 tahun, Timnas Indonesia mampu menunjukkan kematangan mental yang luar biasa. Pertandingan penyisihan grup terakhir melawan Malaysia menjadi bukti bagaimana mentalitas Evan Dimas dkk begitu baik.

Terlihat bagaimana dengan materi enam pemain berusia di bawah usia 23 tahun dalam starting line up, daya juang Garuda muda tampil sangat luar biasa. Bahkan, Pratama Arhan, Ramai Rumakiek, serta Elkan Baggot tidak terlihat seperti pemain yang masih berusia 19 tahun. Mereka bermain sangat tenang, baik dalam bertahan maupun melakukan serangan.
 
Setelah tertinggal 1-0 pada menit ke-13, skuat Garuda mampu membalik kedudukan dan menutup kemenangan dengan skor yang sangat menjanjikan 4-1 melalui gol yang dicetak Irfan Jaya (2 gol), Pratama Arhan, serta Elkan Baggot. Hal ini mengingatkan kita pada perjalanan Timnas dalam semifinal leg kedua Piala AFF 2004, di mana Kurniawan dkk mampu meloloskan Indonesia ke final dengan skor 4-1, setelah sempat tertinggal 1-0 pada babak pertama pada permainan tandang di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur.
 
Tentunya penampilan Timnas kali ini tidak terlepas dari faktor Shin Tae-yong, juru taktik yang pernah membawa Korea Selatan mengalahkan Jerman pada Piala Dunia 2018. Selain memberikan kepercayaan kepada para pemain muda, totalitas penuh dalam memberikan motivasi kepada pemain di lapangan patut diapresiasi.
 
Bahkan, dalam 90 menit pertandingan, kita tidak melihat pelatih yang membawa Seongnam IIhwa Chunma menjadi Juara Piala Champions Asia 2010 ini duduk di bench. Coach Shin Tae-yong selalu berdiri sepanjang laga untuk memberikan instruksi bahkan beradu argumentasi dengan perangkat pertandingan.
 

Sepak bola modern

Permainan Timnas Indonesia juga menarik karena mampu menerapkan permainan sepak bola modern seperti halnya yang dilakukan di Eropa. Lini pertahanan sangat aktif dalam membangun (build up) serangan. Peran dua flank yang sering diisi oleh Pratama Arhan dan Asnawi Mangkualam juga sangat menarik.
 
Kita sering melihat bagaimana Arhan atau Asnawi masuk ke lini pertahanan lawan untuk mengisi area yang ditinggalkan oleh Irfan Jaya atau Witan Sulaeman yang menusuk ke area kotak penalti lawan. Atau bagaimana mereka berpindah ke lini tengah untuk menambah jumlah pemain di area jantung permainan setelah Ricky Kambuaya atau Evan Dimas melakukan penetrasi ke jantung pertahanan lawan.
 
Hal seperti ini sering kita lihat pada laga yang dimainkan misalnya oleh Manchester City atau Liverpool di Liga Inggris. Shin Tae Yong telah menerapkan standard permainan dengan level di atas standar nasional.  
 
Dari sisi pilihan taktik, kita juga patut mengapresiasi pilihan strategi Coach Shin Tae-yong. Penerapan strategi bertahan dalam melawan Vietnam merupakan pilihan yang bijaksana dan cerdas. Dengan kualitas dan kematangan anak asuhan Park Hang-seo, bermain terbuka bisa jadi sama saja menggali lubang kubur sendiri.
 
Terlihat bagaimana para pemain Vietnam dibuat frustasi dengan disiplinnya lini pertahanan Indonesia. Sepanjang 90 menit laga berjalan, Vietnam menghasilkan 21 tembakan, namun hanya satu tembakan yang mengarah tepat ke arah gawang dan mampu diselamatkan oleh Nadeo Argawinata.
 
Tidak sedikit yang mencibir gaya permainan Timmas pada laga tersebut. Namun mereka lupa dua hal: 1) bermain bertahan tidaklah mudah. Perlu stamina yang kuat, konsentrasi yang tinggi serta koordinasi yang sangat solid sepanjang permainan untuk menahan gempuran serangan lawan. Sedikit saja celah terbuka atau hilangnya konsentrasi, maka tim lawan akan menghukum kita dengan kekalahan; 2) Jose Mourinho bisa memenangkan trible winners bersama Inter Milan pada 2010 karena mampu menerapkan permainan bertahan yang sangat baik. "Strikers win you match, defenders win you tournament!".
 

Fokus Menghadapi Singapura

Sejak pertama kali bertemu dalam ajang Turnamen Piala Merdeka pada 31 Agustus 1958, Indonesia dan Singapura telah memainkan 60 laga, 31 di antaranya dimenangkan oleh Tim Nasional Indonesia, 11 pertandingan berakhir imbang, dan 18 pertandingan dimenangkan oleh Singapura. Namun dalam 10 pertemuan terakhir, Singapura memiliki catatan yang lebih baik dengan 6 kemenangan, 2 hasil imbang, dan 2 kali kalah dari Timmas Indonesia.
 
Meskipun kali ini Indonesia lebih diunggulkan setelah penampilan Skuat The Lions yang kurang menjanjikan pascakekalahan di laga terakhir Grup A melawan Thailand, namun dengan status tuan rumah dan dukungan ribuan pendukungnya, Singapura tidak boleh dianggap sebelah mata. Catatan sejarah menunjukkan, terakhir kali Indonesia mampu menang melawan Singapura di National Stadium, Kallang adalah pada 2004.
 
Pola permainan Singapura pada ajang Piala AFF tahun ini sangat mirip dengan Malaysia. Mereka biasanya memainkan formasi 4-5-1 dengan mengandalkan kapten Kesebelasan Harris Harun sebagai jangkar dan Fandi bersaudara yang menjadi benteng pertahanan di lini belakang (Irfan Fandi) juga ujung tombak serangan (Ikhsan Fandi).
 
Hal yang perlu diwaspadai oleh Alfeandra Dewangga dkk adalah bagaimana Singapura dapat memaksimalkan peluang dari bola mati dan serangan balik. Dari total 7 gol yang mereka sarangkan pada babak penyisahan grup, 4 gol berawal dari bola mati dan 2 gol datang dari serangan balik.
 
Ini justru menjadi titik lemah pertahanan Timnas Indonesia, mengingat dari 4 gol yang bersarang di gawang kita, 2 gol datang dari bola mati saat melawan Kamboja dan 1 gol datang dari serangan balik saat melawan Laos. Catatan tersebut tentunya harus menjadi perhatian serius oleh Shin Tae Yong.
 
Menghadapi Singapura kali ini, kita pantas optimistis setelah bergabungnya Egy Maulana Vikri di Skuat Garuda. Catatan Egy bersama FK Senica di Fortuna League sangat baik setelah memainkan 11 pertandingan, mencetak 2 gol dan 1 assists, termasuk salah satu golnya menjadi gol terbaik Liga pada November lalu.
 
Meskipun kemungkinan besar Egy tidak akan turun pada leg pertama semifinal, bergabungnya Egy dalam Skuad bisa menjadi suntikan semangat bagi pemain lain serta akan memperkaya pilihan strategi pelatih untuk leg kedua yang akan berlangsung pada 25 Desember nanti.
 
Pada leg pertama, Skuat Garuda wajib mengamankan 3 poin. Mereka harus bermain agresif seperti pada saat melawan Malaysia. Elkan Baggot bisa diturunkan dari menit awal setelah menunjukkan performa yang memukau setelah masuk pada babak kedua melawan Malaysia.
 
Elkan memiliki postur yang tinggi dan duel di udara yang baik yang bisa meredam ancaman dari bola mati Singapura. Irfan Jaya dan Witan Sulaiman masih tetap bisa menjadi andalan dalam melakukan tusukan dari sisi sayap.    
 
Meskipun di atas kertas saat ini kita diunggulkan, namun Tim Nasional Indonesia harus tetap fokus dan menguasai permainan karena Singapura bukan lawan yang mudah ditaklukan di hadapan penontonnya sendiri.
 
(Dendi Permana, Diaspora Indonesia di Singapura, Pemerhati Sepak bola)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ASM)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan