Penyerahan bonus untuk atlet Indonesia peraih Paralimpiade Tokyo oleh CEO Media Group Mohammad Mirdal Akib. (Foto: Medcom/Wijokongko)
Penyerahan bonus untuk atlet Indonesia peraih Paralimpiade Tokyo oleh CEO Media Group Mohammad Mirdal Akib. (Foto: Medcom/Wijokongko)

Diskriminasi Atlet Difabel Masih Terjadi di Indonesia

Kautsar Halim • 22 September 2021 14:28
Jakarta: Sekretaris Jenderal National Paralympic Comittee (NPC) Indonesia, Rima Ferdianto, membeberkan bahwa diskriminasi atlet-atlet difabel masih terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Dengan begitu, perkembangan prestasi mereka pun jadi terhambat.
 
Hal itu diungkapkan Rima saat berbincang dengan Anggiasari Puji Aryatie, dan Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI bidang Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah, Lestari Moerdijat, di acara penyerahan penghargaan Media Group untuk pahlawan Paralimpiade 2020 di Grand Studio Metro TV, Jakarta, Selasa 21 September.
 
Menurut Rima, diskriminasi di sejumlah daerah terlihat dalam bentuk besaran bantuan pembinaan yang diberikan kepada atlet kelompok difabel. Bahkan ungkapnya, ada daerah yang pejabatnya sengaja tidak pernah menemui para atlet difabel. 

"Alih-alih berprestasi, ditemui saja tidak," ujar Rima.
 
Akibatnya, lanjut Rima, banyak atlet-atlet dari kelompok difabel di daerah berlatih dengan dukungan sarana dan prasarana seadanya sehingga kesulitan untuk berprestasi sampai tingkat nasional.
 
Meski begitu, Rima mengakui sejumlah pemerintah daerah sudah tidak membeda-bedakan pembinaan atlet dalam beberapa tahun tetkahir. Sehingga kini, sebagian dari mereka bisa berprestasi di Paralimpiade Tokyo 2020.
 
 

 
Berdasarkan pengalamannya, Rima mengatakan bahwa Surat Edaran dari Mendagri cukup ampuh untuk mendorong sejumlah pemerintah daerah agar tidak berlaku diskriminasi terhadap kelompok difabel dalam pembinaan atlet. Tapi, kondisi pelatnas di tingkat pemerintah pusat masih jauh berbeda dengan pemerintah daerah.
 
"Di tingkat pusat, kami selalu diperlakukan sebagaimana atlet pada umumnya, baik dari sisi pelatihan, pendanaan dan penghargaan saat berprestasi. Jadi kami berharap pemerintah daerah yang masih mendiskriminasi atlet-atlet difabel segera mengubah kebijakannya," tutup Rima.
 
Menanggapi masukan yang dikemukakan Rima, Anggiasari berjanji untuk menyampaikan masalah tersebut kepada para pemangku kepentingan di sejumlah daerah agar segera mendapat perhatian.
 
Sementara itu, pada kesempatan berbincang dengan atlet Indonesia peraih medali Paralimpiade Tokyo, Lestari mengakui prestasi yang diukir mereka sangat luar biasa karena artinya setiap pencapaian dapat dilakukan dengan kemampuan yang dimaksimalkan tanpa batasan. 
 
"Prestasi atlet paralimpiade ini memberi inspirasi kepada seluruh anak bangsa yang sedang berjuang mengendalikan covid-19. Dengan segala keterbatasan, kita pun seharusnya bisa dan mampu menjawab tantangan di masa pandemi ini," kata Rima.
 
Sekadar informasi, Indonesia melampaui target di Paralimpiade Tokyo dengan finis ke-43 sambil mengantongi 9 medali (2 emas, 3 perak, dan 4 perunggu). Sebelumnya di Paralimpiade 2016 Rio de Janeiro, Indonesia hanya meraih 1 perunggu dan finis ke-76. 
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(KAH)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan