Kompetisi sepak bola putri tahun 2020 ini juga mati suri. Padahal setahun yang lalu kompetisi ini baru kembali berdiri. Timnas putri pun kembali eksis, bahkan tampil di SEA Games 2019 di Manila Fipilina.
Tahun ini, PSSI terlihat tidak serius dalam menjalankan program sepak bola putri. Dari artikel-artikel yang berseliweran di media sejauh ini, artikel teranyar yang saya baca terkait timnas putri adalah soal PSSI yang mulai menyeleksi pelatih Timnas Indonesia. Tapi, artikel itu diterbitkan pada bulan Maret 2020.
Sampai detik ini, saya tidak tahu siapa pelatih yang dipilih PSSI sebagai pelatih Timnas putri. Sementara di laman resmi PSSI, artikel paling terkini soal timnas putri ditulis pada 2019.
Di luar masalah kompetisi, road map timnas, dan sepak bola putri, kinerja PSSI dari sisi teknis juga patut dipertanyakan; Apa kabar program pengembangan wasit, pembinaan usia dini, hingga pengembangan pelatih? Area-area teknis ini sepertinya masih berjalan di tempat. Atau mungkin malah berjalan mundur?
Lantas, apa saja yang dilakukan PSSI selama tahun 2020?
Di samping sibuk melobi pemerintah dalam mendapatkan izin kompetisi yang hingga kini belum terealisasi, sepanjang tahun ini PSSI justru sibuk menangkis tudingan miring para pecinta bola terhadap kinerja mereka.
Yang pertama terkait satgas anti mafia bola. Iwan Bule sempat menuai pujian dengan gebrakan di awal kepemimpinannya, yakni memerangi kasus mafia bola. Dengan latar belakangnya sebagai Purnawirawan Polisi, ia kemudian bekerja sama dengan Polri untuk membentuk Satgas Antimafia Bola.
Akan tetapi, sepanjang tahun 2020 ini, sepak terjang Satgas Antimafia Bola tak lagi terdengar. Harapan publik untuk melihat nama besar lain -selain Joko Driyono- dalam kasus mafia bola tidak terwujud. Padahal, mereka meyakini ada mafia-mafia bola lain yang masih berkeliaran di lingkungan PSSI.
Isu terakhir yang mungkin juga cukup menguras pikiran para pengurus PSSI saat ini adalah soal tudingan adanya praktik "Jual beli jabatan manajer timnas" yang ramai di bulan Desember ini.
Tudingan ini pertama kali digaungkan wartawan senior Erwiyantoro lewat laman facebook Cocomeo Reborn. Di akun media sosialnya itu, pria yang akrab disapa Mbah Coco ini bercerita bahwa, PSSI menerima cek senilai 100 ribu dollar Singapura sebagai pelicin agar Dodi Reza Alex Noerdin, tokoh sepak bola Palembang, agar jadi manajer Timnas Indonesia U-20.
Apakah isu ini benar? Kita tunggu saja kelanjutannya..
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News