Seluruh bagian timnas Inggris tentu marah dengan cara Maradona mencetak gol pertamanya dan Shilton pun menyatakan tidak akan pernah memaafkan Maradona. Itu pun diamini oleh Steven.
"Dia curang dan lolos begitu saja. Dia tidak pernah terlihat mengakui apa yang telah dia lakukan. Itu membuat kami tersisih dari Piala Dunia dan merasa peluang paling potensial kami telah dirampok," tutur Steven yang merupakan mantan gelandang Everton, Burnley dan Rangers.
"Saya sudah pasti mengaguminya, tetapi tidak tahu apakah menyukai atau membencinya sebagai individu karena tindakannya berimbas kepada Inggris, para pemain dan diri saya sendiri," tambahnya.
Meski begitu, Steven yang kini berusia 57 tahun tidak mau selamanya terjebak dalam rasa kebencian. Dia mengaku perasaan tidak mengenakkan itu sudah makin berkurang seiring jalannya waktu, terlebih ketika Maradona mengembuskan nafas terakhir.
"Anda bisa menganggap Maradona sebagai apa adanya, yakni pesepak bola yang jenius tapi cacat dalam gaya hidup. Meski begitu dalam soal sepak bola, dia luar biasa," ujar Steven.
"Dari semua pemain hebat di seluruh dunia, tak ada yang bisa melakukan sepertinya. Itu (gol tangan tuhan) dilakukan hanya sepersekian detik tetapi dia melewatkan masa 15 tahun sepak bola profesional sambil memenangkan berbagai penghargaan tertinggi," tambahnya.
"Jadi, kita mesti mengingat dia karena prestasi-prestasinya, ketimbang menjadi sangat picik atau terlalu personal akibat kejadian pada Juni 1986 itu (kekalahan timnas Inggris dari Argentina," tutup Steven. (Reuters)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News