SETIAP era punya cara masing-masing untuk menjawab tantangan zaman. Era kekinian tentu berbeda dengan masa beberapa dekade yang lalu, baik dari sisi tantangan, ancaman, maupun peluang.
Takdir zaman seperti itu pula yang kini tengah dihadapi bangsa ini di usianya yang ke-71, hari ini. Saat bapak bangsa memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, cita-cita besar mewujudkan kesejahteraan yang merata amat kuat tertancap dalam tekad mereka.
Para bapak bangsa sepakat bahwa kemerdekaan tidak menyudahi segala persoalan. Bahkan, kemerdekaan melahirkan sejumlah persoalan, tetapi sekaligus menjanjikan jalan untuk memecahkan berbagai persoalan tersebut. Kemerdekaan merupakan jalan lempang bagi negeri ini untuk menjadi bangsa pemenang.
Kini, berbagai persoalan itu kian bekelindan seiring dengan kian runtuhnya ruang-ruang negara, bahkan ruang privat sekalipun, digantikan oleh globalisasi. Pada tahap tersebut, Republik ini dihadapkan pada kompetisi yang ketat antarbangsa-bangsa di dunia.
Di sisi lain, fakta menunjukkan akselerasi pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil-hasil pembangunan, dan penguatan daya saing bangsa belum secepat yang dicanangkan. Pertumbuhan ekonomi kita yang di kuartal kedua 2016 mencapai 5,1%, kendati naik, masih belum mendekati target di tiga tahun ke depan di angka 7%.
Pemerataan yang dicerminkan oleh capaian rasio gini juga masih berkutat di kisaran 0,41, belum beranjak mendekati 0, saat kesenjangan sudah tidak ada lagi. Betul bahwa jumlah penduduk miskin telah menurun menjadi 10,86%, dari sebelumnya di 11%, tetapi jumlahnya masih lebih dari 28 juta jiwa.
Dari sisi daya saing, berdasarkan survei International Institute for Management Development (IMD) 2016, peringkat daya saing Indonesia turun enam peringkat dari peringkat ke-42 tahun lalu, menjadi ke-48, tahun ini.
Pemerintah di bawah pimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla bukannya tidak menyadari kondisi tersebut. Tapi, sejumlah persoalan yang belum selesai dikerjakan oleh pemerintahan dalam satu dekade terakhir membuat akselerasi capaian target tersebut ikut tersendat.
Namun, sejarah perjalanan bangsa ini tidak pernah menyisakan celah untuk kata menyerah. Beragam krisis, baik krisis ekonomi, sosial, maupun politik kerap datang silih berganti, tetapi kenyataannya bangsa ini mampu keluar dari kemelut krisis tersebut.
Itu terjadi karena sebagian besar anak bangsa ini masih terus menyalakan api revolusi kemerdekaan dan menggenggam politik harapan sebagai bangsa yang besar, sekaligus bangsa pemenang. Sebagian dari anak bangsa ini bahkan telah menorehkan capaian tingkat internasional, menjadi para penakluk dunia di beragam bidang.
Selain itu, cara pemerintah mengelola negara juga dinilai mulai berada di jalur yang tepat. Itu tecermin dari hasil berbagai survei yang menunjukkan tingkat kepercayaan dan kepuasan rakyat terhadap pemerintah mencapai lebih dari 65%.
Itulah modal sosial yang amat penting yang dimiliki bangsa ini menghadapi tantangan zaman yang kian kompleks dan rumit. Sebuah modal yang teramat sayang bila tidak dimanfaatkan dan dirawat menjadi energi besar untuk terus menyalakan tekad meraih kejayaan.
Tekad menjadi bangsa pemenang hanya bisa diraih bila simpul-simpul kepercayaan, kebersamaan, dan kerja keras terus digerakkan dan ditumbuhkan di tengah-tengah denyut kehidupan anak bangsa.
Dirgahayu Indonesia!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
