Saatnya Fokus Membangun SDM
Saatnya Fokus Membangun SDM ()

Saatnya Fokus Membangun SDM

14 Oktober 2017 07:33
PEMBANGUNAN infrastruktur tanpa diimbangi investasi sumber daya manusia (SDM) ibarat membangun rumah di atas pasir. Seperti rumah di atas pasir yang gampang roboh ditiup angin, pembangunan infrastruktur pun akan porak-poranda tanpa dukungan SDM mumpuni.
 
Sejatinya investasi SDM ialah fondasi yang kukuh untuk infrastruktur yang sedang pesat dibangun pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla. Namun, negeri ini bakal terbebani oleh SDM yang tidak berkualitas di masa mendatang seandainya saat ini menomorduakan investasi SDM.
 
Dalam perspektif itulah kita menyambut baik permintaan Presiden Bank Dunia Jim Yong-kim dalam jumpa pers pembukaan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat, dua hari lalu.
 
Bank Dunia meminta negara-negara kelompok pendapatan menengah dan rendah lebih fokus pada investasi SDM yang meliputi pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial. Ketiganya paling berpengaruh dalam memangkas kesenjangan kesejahteraan sekaligus mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Harus jujur diakui bahwa Indonesia masih tertatih-tatih dalam pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial. Data statistik di bidang itu kurang menggembirakan.
 
Berdasarkan Laporan Pembangunan Manusia 2016 yang dipublikasikan Program Pembangunan PBB (UNDP), indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia 2015 di urutan 113 dari 188 negara.
 
IPM ialah alat pengukur mutu manusia dengan indikator pendidikan, kesehatan, dan kemiskinan. Nilai IPM Indonesia 2015 sebesar 0,689 dan masuk kelompok negara dengan pembangunan manusia menengah.
 
Agar jadi negara dengan pembangunan manusia tinggi, Indonesia butuh nilai IPM minimal 0,700. Perlu kerja keras, sangat keras, untuk meningkatkan nilai IPM. Sejauh ini pemerintah melakukan investasi modal manusia melalui bantuan langsung seperti kartu Indonesia pintar, kartu Indonesia sehat, pemberian makanan tambahan, dan Program Keluarga Harapan.
 
Pemerintah juga menginisiasi sejumlah kebijakan dengan sasaran ibu hamil, bayi berusia di bawah lima tahun, dan pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah atas atau kejuruan.
 
Akan tetapi, masalah gizi buruk kronis yang dihadapi masyarakat Indonesia masih parah. Masih ada 37,2% atau sekitar 9 juta anak di Indonesia mengalami stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga tinggi anak terlalu pendek untuk usianya.
 
Sudah tiba saatnya Indonesia tidak melupakan investasi SDM. Bank Dunia telah melakukan studi dengan membandingkan 20 negara peringkat teratas yang lebih fokus pada pembangunan SDM dan 20 negara terbawah dalam 25 tahun.
 
Berdasarkan hasil studi itu, terdapat korelasi kuat antara peningkatan kualitas SDM dan pertumbuhan ekonomi. Negara-negara di peringkat teratas membukukan pertumbuhan ekonomi tambahan 1,2% per tahun.
 
Investasi SDM yang berjalan beriringan dengan pembangunan infrastruktur niscaya menggenjot pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih berkualitas lagi. Investasi itu tentu saja membutuhkan kucuran dana yang tidak sedikit.
 
Uang yang dikucurkan atas nama pembangunan berlipat ganda dari waktu ke waktu. Akan tetapi, selama ini uang itu lenyap entah ke mana, sedangkan kemiskinan dan keterbelakangan menampakkan wajah yang semakin kentara.
 
Memang, denyut pembangunan baru mulai terasa sejak pemerintahan Jokowi-JK gencar membangun infrastruktur. Namun, investasi SDM yang tidak kasatmata denyutnya jangan pula dilupakan. Saatnya fokus pada pembangunan SDM.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase

TERKAIT
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif