Berlomba Mencintai Indonesia
Berlomba Mencintai Indonesia ()

Berlomba Mencintai Indonesia

30 November 2016 06:53

DENGAN kemajemukan tingkat tinggi yang dimiliki, Indonesia sejatinya menyimpan risiko yang tak sederhana terkait dengan potensi ancaman terhadap kesatuan bangsa. Logika sederhananya, semakin majemuk suatu bangsa atau semakin tinggi tingkat keberagaman suatu negara, semakin berat pula membungkus semua itu dalam satu bingkai persatuan. Tentu saja membutuhkan upaya, perjuangan, dan pengorbanan luar biasa untuk dapat merengkuh dan merawat persatuan itu.

Kita patut bersyukur memiliki Pancasila sebagai ideologi, juga frasa Bhinneka Tunggal Ika, serta sebuah 'gentlemen agreement' bahwa eksistensi Negara Kesatuan Republik (NKRI) adalah final sebagai fondasi keutuhan bangsa. Di atas ketiganya itulah selama ini bangsa Indonesia mampu bergerak maju dalam keseragaman ataupun keberagaman. Dalam bingkai itulah Republik ini kukuh berdiri demi mengatasi risiko gesekan primordial dan rongrongan yang kerap memanfaatkan kemajemukan untuk menghantam persatuan.

Untuk ketiga hal itulah alasan kita terus mencintai Indonesia. Hari-hari ini kita menyaksikan sekali lagi bahwa anak-anak bangsa sesungguhnya tak pernah kehabisan rasa cinta terhadap negara, terhadap Indonesia. Kecintaan itu bahkan terlihat kian menggumpal setiap kali terjadi potensi gesekan dan gangguan terhadap NKRI. Hari-hari ini, di tengah memanasnya suhu politik menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada), pertunjukan kecintaan terhadap negara terasa begitu menyejukkan.

Tidak ada pemaksaan kehendak yang terkadang mematikan akal sehat. Tidak ada unjuk kekerasan yang menihilkan keadaban. Yang ada ialah keinginan untuk memperlihatkan bahwa Indonesia tak boleh celaka hanya karena satu atau dua perbedaan. Lebih dalam lagi, mereka ingin mempertunjukkan bahwa persatuan bangsa lebih penting daripada sekadar memenangkan kepentingan politik dan golongan tertentu.

Kesepakatan yang digapai Polri dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI terkait dengan pelaksanaan Aksi Bela Islam III pada Jumat (2/12) mendatang ialah salah satu contoh betapa kecintaan terhadap negeri mampu meredam perbedaan pendapat yang sebelumnya mencuat. Contoh lain yang tak kalah menyejukkan ialah masifnya pelaksanaan doa bersama di masjid, gereja, wihara, dan tempat ibadah lain di daerah-daerah yang semuanya menyerukan pentingnya persatuan dan indahnya kebersamaan dalam perbedaan.

Dengan rasa cinta yang tak pernah habis, mereka mendoakan Indonesia agar tetap aman, terhindar dari segala kehancuran dan perpecahan. Pun pada hari ini, Rabu (30/11), TNI menggerakkan jajaran mereka secara serentak di daerah-daerah untuk membangunkan seluruh komponen masyarakat melalui Apel Nasional Nusantara Bersatu. Tujuannya tidak lain untuk menunjukkan kecintaan dan sikap menjaga keutuhan NKRI.

Di Indonesia, perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang tak boleh ditolak. Kemajemukan ialah berkah sekaligus kekuatan. Karena itu, cara mencintai Indonesia ialah dengan menghormati perbedaan dan kemajemukan itu. Bahkan, Indonesia akan maju lebih kencang bila perbedaan dan kemajemukan itu mampu dikelola dengan benar. Mudah-mudahan itu yang dikejar anak-anak bangsa yang kini tengah berlomba-lomba mencintai Indonesia.


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase

TERKAIT
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif