Jakarta: Pengamat pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie sangsi Rusia bakal menghancurkan Ukraina. Serangan Rusia ke Ukraina dinilai sebatas ketegasan sikap Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Saya rasa Rusia tidak akan meluluhlantakkan Kiev," kata Connie dalam diskusi virtual Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘Rusia Serang Ukraina, Cina Ambil Taiwan?’ Minggu, 27 Februari 2022
Connie mengatakan penyelesaian masalah melalui perang tidak bisa dibenarkan. Namun, dia mengajak masyarakat melihat persoalan dari perspektif Putin.
Connie menyebut Ukraina merupakan negara terbesar setelah Rusia. Ukraina memiliki peninggalan gudang senjata sehingga tidak mudah dihancurkan.
"Putin tahu situasi dan kondisi pertahanan Ukraina makanya dia hanya masuk di perbatasan," kata dia.
Selain itu, wilayah Ukraina sejatinya terbelah dua. Sisi Barat Ukraina sangat pro Eropa atau NATO, sedangkan sisi Timur Ukraina merasa dekat dengan Rusia secara historis.
Baca: Jokowi Sudah Prediksi Ketegangan di Eropa Lewat Pidato ‘Winter is Coming’
Connie menuturkan Putin geram saat NATO membawa Estonia, Latvia, dan Lithuania usai Uni Soviet runtuh. Putin menilai NATO seharusnya sudah cukup puas melihat hancurnya Uni Soviet.
"Makanya ketika Georgia dan Ukraina ditawarkan masuk NATO pada 2008, Putin memberi peringatan ‘Ini kan wilayah saya. Jangan dipecah belah,’" kata Connie.
Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan dimulainya operasi militer khusus di Ukraina. Ia berjanji akan berusaha untuk demiliterisasi tapi tidak menduduki negara itu.
Putin mengatakan operasi itu akan bertujuan untuk 'demiliterisasi dan denazifikasi' Ukraina. Hal ini mengacu pada pernyataan Kremlin bahwa militer Ukraina mengancam Rusia dan dijalankan oleh neo-Nazi.
Jakarta: Pengamat pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie sangsi
Rusia bakal menghancurkan Ukraina. Serangan Rusia ke Ukraina dinilai sebatas ketegasan sikap Presiden Rusia
Vladimir Putin.
"Saya rasa Rusia tidak akan meluluhlantakkan Kiev," kata Connie dalam diskusi virtual
Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘Rusia Serang Ukraina, Cina Ambil Taiwan?’ Minggu, 27 Februari 2022
Connie mengatakan penyelesaian masalah melalui perang tidak bisa dibenarkan. Namun, dia mengajak masyarakat melihat persoalan dari perspektif Putin.
Connie menyebut Ukraina merupakan negara terbesar setelah Rusia. Ukraina memiliki peninggalan gudang senjata sehingga tidak mudah dihancurkan.
"Putin tahu situasi dan kondisi pertahanan Ukraina makanya dia hanya masuk di perbatasan," kata dia.
Selain itu, wilayah Ukraina sejatinya terbelah dua. Sisi Barat Ukraina sangat pro Eropa atau NATO, sedangkan sisi Timur Ukraina merasa dekat dengan Rusia secara historis.
Baca:
Jokowi Sudah Prediksi Ketegangan di Eropa Lewat Pidato ‘Winter is Coming’
Connie menuturkan Putin geram saat NATO membawa Estonia, Latvia, dan Lithuania usai Uni Soviet runtuh. Putin menilai NATO seharusnya sudah cukup puas melihat hancurnya Uni Soviet.
"Makanya ketika Georgia dan Ukraina ditawarkan masuk NATO pada 2008, Putin memberi peringatan ‘Ini kan wilayah saya. Jangan dipecah belah,’" kata Connie.
Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan dimulainya operasi militer khusus di Ukraina. Ia berjanji akan berusaha untuk demiliterisasi tapi tidak menduduki negara itu.
Putin mengatakan operasi itu akan bertujuan untuk 'demiliterisasi dan denazifikasi' Ukraina. Hal ini mengacu pada pernyataan Kremlin bahwa militer Ukraina mengancam Rusia dan dijalankan oleh neo-Nazi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)