Jakarta: Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi berencana mengganti buku kir menjadi kartu. Buku yang didapat saat pemeriksaan kendaraan itu selama ini rentan dipalsukan.
"Kartu ini ada cipnya. Untuk membaca cip ini nanti hanya menggunakan handphone dan handphone itu khusus akan saya berikan kepada masing-masing dishub (dinas perhubungan) agar bisa baca kartu ini," kata Budi di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Kamis, 21 November 2019
Menurut dia, ide mengganti buku kir sejatinya sudah terlintas di benaknya ketika bertugas di Makassar, Sulawesi Selatan. Dia sana, dia menemukan banyak buku kir palsu.
"Saya lihat memang di dalam pendistribusian atau dari mulai percetakan sampai dengan distribusi, pengantaran, ke tempat-tempat kabupaten kota kurang terkontrol dengan bagus," ujar dia.
Pengadaan buku kir sejatinya hanya menunjuk sejumlah percetakan. Namun, peredaran buku kir masih kurang aman.
"Misalnya dari kabupaten langsung pesan ke sana, barang dikirim setelah membayar. Ada beberapa percetakan untuk pengadaan dan di dalam buku kir yang lama itu banyak kelemahannya sehingga mudah untuk dipalsukan," kata Budi.
Ia menyadari pengubahan buku kir menjadi kartu masih belum menjamin terhindar dari pemalsuan. Namun, teknologi cip di dalam kartu kir asli sulit untuk diduplikasi.
"Spesifikasi ini sudah lebih tinggi dan tahun depan akan saya tingkatkan lagi. Ini hanya kartu sebagai pengganti buku kir kita ganti dengan kartu. Kemudian nanti ada stiker (RFID) dipasang di kaca depan. Ini dibawa juga oleh pengemudinya, jadi ada tiga (yang dibawa)," jelas dia.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/0k8DBn2k" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi berencana mengganti buku kir menjadi kartu. Buku yang didapat saat pemeriksaan kendaraan itu selama ini rentan dipalsukan.
"Kartu ini ada cipnya. Untuk membaca cip ini nanti hanya menggunakan
handphone dan
handphone itu khusus akan saya berikan kepada masing-masing dishub (dinas perhubungan) agar bisa baca kartu ini," kata Budi di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Kamis, 21 November 2019
Menurut dia, ide mengganti buku kir sejatinya sudah terlintas di benaknya ketika bertugas di Makassar, Sulawesi Selatan. Dia sana, dia menemukan banyak buku kir palsu.
"Saya lihat memang di dalam pendistribusian atau dari mulai percetakan sampai dengan distribusi, pengantaran, ke tempat-tempat kabupaten kota kurang terkontrol dengan bagus," ujar dia.
Pengadaan buku kir sejatinya hanya menunjuk sejumlah percetakan. Namun, peredaran buku kir masih kurang aman.
"Misalnya dari kabupaten langsung pesan ke sana, barang dikirim setelah membayar. Ada beberapa percetakan untuk pengadaan dan di dalam buku kir yang lama itu banyak kelemahannya sehingga mudah untuk dipalsukan," kata Budi.
Ia menyadari pengubahan buku
kir menjadi kartu masih belum menjamin terhindar dari pemalsuan. Namun, teknologi cip di dalam kartu kir asli sulit untuk diduplikasi.
"Spesifikasi ini sudah lebih tinggi dan tahun depan akan saya tingkatkan lagi. Ini hanya kartu sebagai pengganti buku kir kita ganti dengan kartu. Kemudian nanti ada stiker (RFID) dipasang di kaca depan. Ini dibawa juga oleh pengemudinya, jadi ada tiga (yang dibawa)," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)