Jakarta: Anggota Komisi I DPR, Muhammad Farhan, meminta kandidat calon presiden (capres) 2024 bijak 'menjual diri'. Kandidat diharapkan tak meraih perhatian masyarakat dengan membuat gaduh.
“Tokoh nasional yang ingin tampil menjadi salah satu calon presiden saya kira harus membentuk komunikasi yang cerdas,” kata Farhan dalam diskusi virtual Crosscheck by Medcom.id bertajuk ‘Mantan Panglima, Maumu Apa?’ Minggu, 27 September 2020.
Farhan mencontohkan komunikasi politik yang baik pada Pemilihan Presiden (pilpres) 2014. Kala itu, Joko Widodo menarik perhatian publik melalui blusukan.
“Itu komunikasi politik cerdas dan bikin orang berlomba ingin blusukan,” ujar politikus Partai NasDem itu.
Baca: Gatot Nurmantyo Dinilai Caper untuk Nyapres 2024
Selain itu, pada Pilpres 2019 Jokowi dinilai sukses menghadapi tantangan komunikasi politik. Pihak oposisi yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengusung tanda pagar (tagar) #2019gantipresiden.
Komunikasi Jokowi membuktikan tantangan tersebut mampu dihadapi. Di sisi lain, masyarakat dinilai kian cerdas memilih sosok yang kompeten.
“Masyarakat sudah bisa menilai dan memilah mana yang layak masuk hitungan atau tidak,” kata Farhan.
Wakil Ketua MPR, Jazilul Fawaid merespons pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Jazilul menilai Gatot sengaja membuat gaduh dengan menyatakan pencopotan dirinya terkait nonton bareng film G30S/PKI pada 2017.
“Saya menduga Pak Gatot sedang bermain politik ingin nyapres,” kata Jazilul.
Gatot mengeklaim pemberhentian sebagai Panglima TNI lantaran terkait ajakan nobar film G30S/PKI pada 2017. Gatot mengatakan seorang politikus dari PDI Perjuangan mewanti-wanti agar acara nobar dibatalkan. Politikus itu bilang Gatot akan dicopot bila acara itu tetap dilaksanakan.
Jakarta: Anggota Komisi I DPR, Muhammad Farhan, meminta kandidat calon presiden (capres) 2024 bijak 'menjual diri'. Kandidat diharapkan tak meraih perhatian masyarakat dengan membuat gaduh.
“Tokoh nasional yang ingin tampil menjadi salah satu calon presiden saya kira harus membentuk komunikasi yang cerdas,” kata Farhan dalam diskusi virtual Crosscheck by
Medcom.id bertajuk ‘Mantan Panglima, Maumu Apa?’ Minggu, 27 September 2020.
Farhan mencontohkan komunikasi politik yang baik pada Pemilihan Presiden (pilpres) 2014. Kala itu,
Joko Widodo menarik perhatian publik melalui blusukan.
“Itu komunikasi politik cerdas dan bikin orang berlomba ingin blusukan,” ujar politikus Partai NasDem itu.
Baca: Gatot Nurmantyo Dinilai Caper untuk Nyapres 2024
Selain itu, pada Pilpres 2019 Jokowi dinilai sukses menghadapi tantangan komunikasi politik. Pihak oposisi yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengusung tanda pagar (tagar) #2019gantipresiden.
Komunikasi Jokowi membuktikan tantangan tersebut mampu dihadapi. Di sisi lain, masyarakat dinilai kian cerdas memilih sosok yang kompeten.