Ilustrasi toleransi. Masjid dan Katedral dibangun berdampingan di Jakarta. Foto: MI/Panca Syurkani
Ilustrasi toleransi. Masjid dan Katedral dibangun berdampingan di Jakarta. Foto: MI/Panca Syurkani

Pelibatan Agama dalam Politik Seharusnya Mencerahkan

Wandi Yusuf • 19 November 2020 21:10

Intelektual muda dari Nahdlatul Ulama, Muhammad Cholil Nafis, mengatakan munculnya politisasi agama dalam arti negatif bukan karena kegagalan NU dan Muhammadiyah dalam membimbing umat. Hal itu lebih lebih pada kegagalan orang yang ingin membawa isu soal liberal.
 
"Liberal ini melahirkan radikalisme. Yang kita hadapi ini buah dari proses liberalisasi. Jadi, jangan sampai kita menepi menjadi radikalisme. Bagaimana memasyarakatkan moderasi Islam agar orang tidak menepi ke kanan dan ke kiri," ujar Cholil.
 
Direktur Moya Institute Hery Sucipto menegaskan keber-agama-an di Indonesia merupakan anugerah yang harus dijaga bersama-sama. Tidak boleh ada yang mengambil hak kebenaran dalam beragama. 

Menurutnya, negara harus hadir dan tegas melindungi segenap warganya, termasuk menindak kelompok yang memanfaatkan agama untuk kepentingan memprovokasi. "Negara tidak boleh kalah," tegas dia.
 
Munculnya konservatisme dan militansi, lanjut dia, juga akibat adanya pembiaran terhadap kelompok intoleran yang dibungkus dakwah provokatif. "Dakwah itu harus santun, tidak boleh mencaci dan melukai pihak lain," kata Hery.
 
Hery juga menyinggung kerumunan massa yang dibungkus kegiatan keagamaan beberapa hari lalu. Menurut dia, aparat negara harus bertindak tegas karena itu berbahaya bagi penanganan covid-19.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan