Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Istimewa.
Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Istimewa.

Kesolidan KIB Akan Diuji Saat Penentuan Kandidat Capres 2024

Juven Martua Sitompul • 30 Agustus 2022 17:43
Jakarta: Pendukung partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) disebut cenderung lebih solid dibandingkan dengan partai-partai di koalisi lain. Ini berdasarkan hasil salah satu lembaga survei.
 
Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Pasrani Mendrofa menilai hal itu disebabkan basis kesamaan elektoral partai. Apalagi, KIB yang beranggotakan Golkar, PPP, dan PAN merupakan partai yang tergabung dalam pendukung pemerintah atau Koalisi Indonesia Maju.
 
"Yang pertama jelas karena mereka memiliki segmen yang sama, yaitu ceruk elektoral berbasis yang pro terhadap pemerintah. Karena ketiga parpol ini ada di kubu pemerintah," tegas Herry di Jakarta, Selasa, 30 Agustus 2022.

KIB hingga saat ini juga belum memunculkan nama figur yang hendak diusung dalam Pilpres 2024. Karena belum ada nama calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) maka pendukung parpol anggota KIB cenderung nyaman dengan pembahasan visi-misi maupun program koalisi.
 
"Kedua, sampai hari ini belum tersebut nama capres. Artinya, belum ada finalisasi soal siapa yang akan diusung oleh ketiga parpol itu," ujarnya.
 

Baca: Perwakilan Gerindra dan PDI Perjuangan Bertemu Bahas Rencana Pertemuan Puan dan Prabowo


Herry bahkan memprediksi hasil survei jika KIB sudah memutuskan nama untuk berlaga pada kontestasi 2024. Bisa jadi, kaa dia, salah satu partai akan menarik diri karena merasa tidak terwadahi atau terakomodir kepentingan politiknya.
 
"Mungkin ketika sudah muncul nama tersebut dan itu berasal dari parpol dari ketiga parpol itu, barangkali ada satu parpol yang nantinya sedikit menarik diri dari situ, dari koalisi ini. Bisa saja seperti itu kemungkinannya," kata dia.

Tidak hanya elite

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat menjelaskan meskipun solid, dalam praktiknya masih perlu dibuktikan bahwa bukan cuma elite partai yang mesra namun juga akar rumputnya.
 
"Jadi kalau kita bicara pendukung yang solid, ketika terjadi koalisi beberapa waktu lalu, baik itu KIB, Gerindra-PKB, atau yang lain, itu kan di tingkat elite, tinggal nanti para pemilih apakah perilakunya patuh taat pada elite atau tidak," kata Cecep dihubungi terpisah.
 
 

Berangkat dari pengalaman pemilu lalu, kata Cecep, sekarang ini komunikasi di elite sudah baik. "Tetapi di akar rumput belum, ada yang tidak paralel," kata Cecep.
 
Menurut dia, identitas politik lewat pilihan ideologi tidak begitu kentara. Bahkan pendukung partai dengan ideologi nasionalis kemungkinan memilih calon yang nasionalis atau akan ikut saja siapa capres-cawapres yang diusung partainya.
 
Sehingga, keberadaan swing voter pada Pemilu 2024 akan ramai. Ditambah lagi dengan hadirnya pemilih baru dari kalangan milenial maupun Gen Z.
 
"Identitas partai dan ideologi partai kuat, banyak terjadi swing votes. Di mana perilaku pemilih yang berpikir mudah bergeser dan mudah mengalihkan pilihannya. Ditambah lagi lahir generasi Z milenial, mereka yang paparan teknologi informatika tinggi dan ideologi partai mereka tidak begitu kuat," kata Cecep.
 
Alhasil, selain memiliki pendukung setia, partai maupun koalisi harus terus membangun masa dari kalangan tersebut. Mengingat politisi mulai melek teknologi dan menggunakan platform sosmed yang ada.
 
"Di sisi lain mereka bisa menggunakan platform yang ada. Jadi, harapannya bukan sekadar tanpa tujuan, namun sebagai pendidikan politik," tegas Cecep.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan