medcom.id, Jakarta: Penyerangan terhadap polisi di Tangerang yang diduga dilakukan anggota kelompok radikal ISIS adalah ancaman nyata bagi negara. Pergerakan terorisme di Indonesia masih masif.
"Kita sudah dapat laporan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Polri, dan PPATK terkait aliran dana terorisme di berbagai negara, termasuk Indonesia. Jadi, itu memang nyata," kata anggota Komisi III DPR Arsul Sani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (30/10/2016).
Arsul menilai, perlu norma yang mengatur langkah pencegahan terhadap aksi terorisme dalam UU Terorisme. Norma tersebut untuk mencegah aksi terorisme agar tidak multitafsir dan salah sasaran.
"Kalau normanya enggak jelas, nanti ada orang karena berteman sama terduga, terus dibawa. Itu jenis apa? Penangkapan, penahanan, atau apa? Kan harus jelas dalam konteks proyustisia," jelas Arsul.
(Baca: Pelaku Penyerang Pos Polantas Tangerang Menempeli Stiker ISIS)
Menurut Arsul, ancaman yang dilakukan kelompok-kelompok radikal terhadap Indonesia menjadi tantangan bagi semua pihak. Namun, ia tidak setuju jika penanggulangan terorisme dianggap sebagai proyek. Apalagi, sejauh ini langkah yang dilakukan aparat selalu membuat terduga teroris tewas di tempat.
"Walau itu (baru) terduga pelaku," ucapnya.
Polisi berjaga di lokasi penyerangan brutal dengan senjata tajam terhadap anggota kepolisian di Cikokol, Tangerang, Banten -- ANT/Muhammad Iqbal
Saat ini, polisi masih mendalami penyerangan terhadap polisi yang dilakukan Sultan Aziansyah, 22, di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Tangerang. Empat polisi terluka, termasuk Kapolsek Tangerang Komisaris Effendi.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengatakan, Sultan menyerang dengan menggunakan atribut ISIS. "Infonya memang begitu (pelaku membawa atribut ISIS menempel di sekitar TKP)," katanya, Kamis (20/10/2016).
(Baca: Penyerang Polisi di Tangerang Belum Dipastikan ISIS)
Namun, Awi belum dapat memastikan keterkaitan atribut dengan teror yang dilakukan Sultan. Polisi masih menyelidiki.
"Saya belum dapat data lengkap soal itu (keterkaitan stiker dengan tindak teror)," kata Awi.
Sultan menyerang Komisaris Effendi dan tiga anak buahnya menggunakan golok. Sultan menyerah setelah ditembak di bagian kaki.
medcom.id, Jakarta: Penyerangan terhadap polisi di Tangerang yang diduga dilakukan anggota kelompok radikal ISIS adalah ancaman nyata bagi negara. Pergerakan terorisme di Indonesia masih masif.
"Kita sudah dapat laporan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Polri, dan PPATK terkait aliran dana terorisme di berbagai negara, termasuk Indonesia. Jadi, itu memang nyata," kata anggota Komisi III DPR Arsul Sani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (30/10/2016).
Arsul menilai, perlu norma yang mengatur langkah pencegahan terhadap aksi terorisme dalam UU Terorisme. Norma tersebut untuk mencegah aksi terorisme agar tidak multitafsir dan salah sasaran.
"Kalau normanya enggak jelas, nanti ada orang karena berteman sama terduga, terus dibawa. Itu jenis apa? Penangkapan, penahanan, atau apa? Kan harus jelas dalam konteks proyustisia," jelas Arsul.
(Baca: Pelaku Penyerang Pos Polantas Tangerang Menempeli Stiker ISIS)
Menurut Arsul, ancaman yang dilakukan kelompok-kelompok radikal terhadap Indonesia menjadi tantangan bagi semua pihak. Namun, ia tidak setuju jika penanggulangan terorisme dianggap sebagai proyek. Apalagi, sejauh ini langkah yang dilakukan aparat selalu membuat terduga teroris tewas di tempat.
"Walau itu (baru) terduga pelaku," ucapnya.
Polisi berjaga di lokasi penyerangan brutal dengan senjata tajam terhadap anggota kepolisian di Cikokol, Tangerang, Banten -- ANT/Muhammad Iqbal
Saat ini, polisi masih mendalami penyerangan terhadap polisi yang dilakukan Sultan Aziansyah, 22, di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Tangerang. Empat polisi terluka, termasuk Kapolsek Tangerang Komisaris Effendi.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengatakan, Sultan menyerang dengan menggunakan atribut ISIS. "Infonya memang begitu (pelaku membawa atribut ISIS menempel di sekitar TKP)," katanya, Kamis (20/10/2016).
(Baca: Penyerang Polisi di Tangerang Belum Dipastikan ISIS)
Namun, Awi belum dapat memastikan keterkaitan atribut dengan teror yang dilakukan Sultan. Polisi masih menyelidiki.
"Saya belum dapat data lengkap soal itu (keterkaitan stiker dengan tindak teror)," kata Awi.
Sultan menyerang Komisaris Effendi dan tiga anak buahnya menggunakan golok. Sultan menyerah setelah ditembak di bagian kaki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)