Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia M Najih Arromadloni. Dok. Istimewa
Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia M Najih Arromadloni. Dok. Istimewa

MUI: Lembaga Negara Sasaran Utama Penceramah Radikalisme

Antara • 05 Maret 2022 02:04
Jakarta: Sekertaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) M Najih Arromadloni (Gus Najih) meminta semua elemen mewaspadai penceramah yang menyusupkan paham radikal. Radikalisme terbukti telah menyusup di lingkungan kampus, institusi pemerintah, rumah ibadah, organisasi masyarakat, bahkan lembaga pendidikan.
 
"Lembaga negara itu memang menjadi salah satu sasaran utama infiltrasi menggunakan pola pergerakan yang dikenal dengan istilah Tholabun-Nusroh," ujar Gus Najih dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat, 4 Maret 2022.
 
Istilah Tholabun-Nusroh kerap digunakan kelompok Hizbut Tahrir dengan cara mengelabui pihak-pihak yang dianggap memiliki kekuatan dan dapat memberikan perlindungan. Menurut dia, institusi TNI-Polri dijadikan sasaran oleh kelompok tersebut dalam melanggengkan visinya untuk menyebarkan paham radikal.

"Kelompok mereka ini berusaha mengelabui tentara, polisi, anggota intelijen dan lini-lini strategis pemerintahan yang lain. Nah ini tentu saja yang harus diwaspadai karena ke depannya dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa," jelas pria yang merupakan Sekjen Ikatan Alumni Suriah (Syam) Indonesia ini.
 
Menurut dia, kondisi ini juga dipengaruhi semangat beragama dari masyarakat Indonesia yang kian hari kian tinggi. Terbukti dengan banyaknya majelis dan pengajian mulai dari rumah hingga ke lingkungan instansi dan perkantoran.
 
"Semangat beragama masyarakat Indonesia saat ini tentunya harus disambut baik, tetapi pengetahuan agama yang tidak tepat. Alih-alih berbuat kebaikan, yang ada justru seseorang bisa terjerumus dalam keburukan," tuturnya.
 
Baca: Polri Tindak Tegas Anggota yang Undang Penceramah Radikal
 
Gus Najih mengatakan semangat beragama yang tinggi harus diimbangi dengan ilmu yang mumpuni sebagaimana dalam Hadis Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwasanya Allah SWT membenci terhadap kebodohan.
 
"Artinya apa, orang yang semangat beragama juga harus semangat menambah ilmu, memperdalam ilmu agar supaya dia beragama yang benar," ujar Pendiri Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation ini.
 
Sehingga, kata dia, perlu mendapat perhatian, terutama adanya fakta bahwa penceramah radikal sudah mulai masuk dan menginfiltrasi aparat dan instansi negara melalui majelis dan pengajian.
 
"Kita mendapati fakta, di TNI yang nasionalismenya dianggap sudah paripurna itu ada 4 persen yang terpapar, sehingga bagaimana caranya harus dicegah dan dievaluasi,” ucap dia.
 
Gus Najih mengatakan ada banyak faktor yang membuat instansi negara kerap ‘kecolongan’ dengan menjadikan penceramah dengan visi menyebarkan paham radikal sebagai narasumber dalam majelis. Salah satunya adalah faktor ketidaktahuan.
 
"Mungkin hanya berdasarkan bahwa si penceramah itu populer atau mudah diundang. Kedua, bisa jadi karena memang sudah terpapar," jelas pria yang juga praktisi pesantren ini.
 
Menurut dia, perlu ditanamkan kesadaran dan pengetahuan, khususnya kepada anggota serta keluarga aparatur sipil negara (ASN), TNI, dan Polri untuk dapat mengenali ppemuka agama moderat yang membawa kepada konsep agama sebagai rahmat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan