Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko. Foto: MI
Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko. Foto: MI

Isu Kebangkitan PKI Dinilai Sengaja Dibuat Segelintir Pihak

Nur Azizah • 01 Oktober 2020 13:47
Jakarta: Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko menilai isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) sengaja dibuat pihak tak bertanggung jawab. Isu ini sengaja diangkat untuk kepentingan dan keuntungan pribadi.
 
"Saya melihat lebih cenderung ke situ," kata Moeldoko kepada wartawan, Jakarta, Kamis, 1 Oktober 2020.
 
Moeldoko enggan menyebut kelompok yang ingin memanfaatkan isu PKI tersebut. Sebagai prajurit TNI, Moeldoko mengaku memiliki DNA yang sedikit berbeda dengan kebanyakan orang.

"DNA intelijen, DNA kewaspadaan, DNA antisipasi, dan seterusnya. Saya tidak ingin menyebut nama, tetapi kan tujuannya membangun kewaspadaan. Kewaspadaan kita bangun untuk menenteramkan keadaan. Bukan malah untuk menakutkan. Bedanya di situ," ujar dia.
 
Baca: Isu Ancaman PKI Jangan Ditanggapi Berlebihan
 
Menurut Moeldoko, pihak yang memainkan isu PKI untuk menakut-nakuti masyarakat tidak memiliki Saptamarga TNI. Saptamarga menjadi prinsip yang wajib dijalankan para prajurit TNI.
 
Saat masih berstatus sebagai prajurit, tiap anggota TNI terikat dengan Saptamarga dan sumpah prajurit. Tapi begitu tentara pensiun, Saptamarga menjadi pilihan ke tiap pribadi.
 
"Kalau kepentingan tertentu itu sudah mewarnai kehidupan yang bersangkutan, maka saya jadi tidak yakin kadar Saptamarganya masih melekat seratus persen atau tidak karena dipengaruhi kepentingan-kepentingan," ujarnya.
 
Sementara itu, Guru Besar Sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra meyakini isu kebangkitan PKI hanya isapan jempol. Tak ada indikator tepercaya yang menunjukkan PKI akan bangkit.
 
Hingga kini, Azyumardi mengaku paling menolak atas isu kebangkitan PKI. Sebab, menurut dia, PKI di Indonesia akan sangat sulit kembali muncul ke permukaan. Bagi Azyumardi, isu kebangkitan PKI cuma 'gorengan politik' musiman.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan