Jakarta: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman mengatakan akan merekrut santri untuk menangkal radikalisme. Namun, ada yang kurang sreg.
Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Islah Bahrawi meminta agar Dudung jangan jangan terpaku pada status santri. "Kita tidak boleh terpaku terhadap status santrinya," kata Islah dalam program Primetime News, Metro TV, Selasa, 8 Februari 2022.
Menurutnya, secara umum santri mempunyai pemahaman agama secara moderat. Santri memiliki kecintaan terhadap bangsa yang terwujud dalam slogan hubbul wathon minal iman atau 'cinta tanah air adalah sebagian dari iman'.
Namun, lanjut dia, ada juga santri yang sudah berkenalan dengan radikalisme. Meski sebatas orientasi politik.
"Santri ini kan sama dengan Taliban. Taliban itu artinya 'santri'," kata dia.
Ketika santri sudah tidak punya rasa cinta terhadap sistem negaranya, maka kata dia, tidak lagi punya rasa tunduk terhadap pemerintahan. Bisa karena terpengaruh oleh orientasi politik, politisasi agama, atau apa pun.
"Artinya, kita harus melihat santrinya bukan dalam konteks secara umum. Kita juga harus perhatikan secara khusus karena ada juga santri yang sudah terpapar," kata Islah.
Baca: Optimalkan Keterampilan, Menaker Dorong Santri Melek Teknologi
Secara ide, Islah setuju jika TNI ingin merekrut santri. Namun, tetap harus dipilah secara tepat.
"TNI, dalam hal ini yang terpapar, rata-rata orang yang baru mengenal agama. Lalu dia meyakini satu ajaran ini tanpa ada dasar yang kuat dari awal. Nah, santri ini adalah bagian dari itu," kata Islah. (Fauzi Pratama Ramadhan)
Jakarta: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal
Dudung Abdurachman mengatakan akan merekrut
santri untuk menangkal radikalisme. Namun, ada yang kurang sreg.
Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Islah Bahrawi meminta agar Dudung jangan jangan terpaku pada status santri. "Kita tidak boleh terpaku terhadap status santrinya," kata Islah dalam program Primetime News,
Metro TV, Selasa, 8 Februari 2022.
Menurutnya, secara umum santri mempunyai pemahaman agama secara moderat. Santri memiliki kecintaan terhadap bangsa yang terwujud dalam slogan
hubbul wathon minal iman atau 'cinta tanah air adalah sebagian dari iman'.
Namun, lanjut dia, ada juga santri yang sudah berkenalan dengan radikalisme. Meski sebatas orientasi politik.
"Santri ini kan sama dengan Taliban. Taliban itu artinya 'santri'," kata dia.
Ketika santri sudah tidak punya rasa cinta terhadap sistem negaranya, maka kata dia, tidak lagi punya rasa tunduk terhadap pemerintahan. Bisa karena terpengaruh oleh orientasi politik, politisasi agama, atau apa pun.
"Artinya, kita harus melihat santrinya bukan dalam konteks secara umum. Kita juga harus perhatikan secara khusus karena ada juga santri yang sudah terpapar," kata Islah.
Baca:
Optimalkan Keterampilan, Menaker Dorong Santri Melek Teknologi
Secara ide, Islah setuju jika TNI ingin merekrut santri. Namun, tetap harus dipilah secara tepat.
"TNI, dalam hal ini yang terpapar, rata-rata orang yang baru mengenal agama. Lalu dia meyakini satu ajaran ini tanpa ada dasar yang kuat dari awal. Nah, santri ini adalah bagian dari itu," kata Islah.
(Fauzi Pratama Ramadhan) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UWA)