Jakarta: Saluran Youtube Cokro TV kerap viral karena bermain di ranah konten yang sensitif. Kali ini, tiga punggawa Cokro TV blak-blakan dalam acara Kick Andy Double Check. Mereka adalah Ade Armando, Denny Zulfikar Siregar, dan Eko Kuntadhi.
Host Kick Andy Double Check, Andy Flores Noya, mengundang tiga orang ini untuk mengetahui apa rasanya menjadi orang yang kerap digugat. Ketiganya adalah aktivis media sosial yang tengah disorot belakangan ini.
Ketiga orang ini dinilai paling vokal dan lantang, bahkan dianggap kelewat berani, saat mengingatkan soal ancaman radikalisme dan intoleransi di Indonesia. Andy mencoba menggali apa motivasi mereka bermain di ranah bahaya.
"Dalam hal-hal tertentu, bahkan terkesan menabuh genderang perang," kata Andy saat membuka acara Kick Andy Double Check di Metro TV yang tayang pada Minggu, 20 Juni 2021 malam.
1. Ade Armando
Aktivis yang juga dosen di Universitas Indonesia, Ade Armando, mengungkap alasan kenapa dia tak kenal takut. Kehadirannya adalah untuk melawan pernyataan-pernyataan yang penuh kebencian.
"Mereka harus ada yang meng-counter, men-challange. Harus ada orang yang berani mengatakan, kalian itu jahat. Kami pun siap kalau mau debat," kata Ade.
Karena keberaniannya ini, Ade mengaku sudah sering digugat. Terhitung sudah 10 kali dia digugat karena pernyataannya yang terlalu lantang.
"Saya dituntut, dilaporkan, karena dianggap menodai agama. Menista agama. It doesn't make sense," kata dia.
Namun, tuntutan itu toh tak pernah terbukti. Saking seringnya dilaporkan dan dipanggil polisi, Ade sampai hafal pertanyaan-pertanyaan polisi.
Bukannya lebih tenang, Ade yang kerap lolos dari segala tuntutan itu justru semakin diserang. Dia dianggap mendapat beking dari penguasa. "Nah, itu (saya bingung). Saya kan gak ada hubungannya sama beking," ujar dia.
Andy sempat menggoda Ade dengan pertanyaan menggelitik. "Artinya, semakin Anda banyak diadukan, maka semakin bangga karena tak ada yang terbukti?".
Sambil tersenyum, Ade justru bilang kalau itu melelahkan. "Sebanyak 10 kali diadukan itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Setiap kali ada beritanya, aduh... harus dipanggil polisi, harus datang berjam-jam," ujar dia.
2. Denny Zulfikar Siregar
Tak beda jauh dengan Ade, Denny juga berada dalam situasi yang sama. Dia menyatakan harus bersuara untuk melawan hal-hal yang menurutnya bertentangan dengan moral.
"Ukurannya (untuk berani bersuara) adalah moral. Kita tak berurusan dengan isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Kita hanya berurusan dengan perilaku orang," kata dia.
Denny mencontohkan, ketika bicara tentang ustaz yang suka memanipulasi jemaahnya, maka dia harus bersuara. "Kita tak bicara soal ustaz ini berasal dari suku apa, tapi apa yang dia ucapkan dan menjadi salah di mata kita," ujarnya.
Sama seperti Ade, cara dia melawan hal-hal yang bertentangan dengan moral, banyak membuat orang meradang. Alhasil, dia banyak dilaporkan ke polisi.
"Saya pernah digugat 700 pengacara hanya karena bicara masalah santri calon teroris," ujarnya.
Bahkan di Tasikmalaya, Jawa Barat, hampir setiap hari orang mendemo kantor Polres Tasikmalaya meminta Denny dipenjara.
"Mereka mendesak agar saya harus ditangkap. Mereka tak mengerti yang namanya proses," ujarnya.
Tapi, Denny tetap saja bisa bebas karena tuduhan itu tak terbukti. Sama saja dengan Ade, bukannya dibela, dia malah semakin dibenci dan dicaci.
"Kalau kita tak masuk penjara, mereka lalu bangun framing baru Denny dibekingi penguasa. Kebal hukum," ujarnya.
3. Eko Kuntadhi
Eko Kuntadhi juga punya cerita menarik bagaimana dia dikejar-kejar orang yang membencinya. Salah satu yang paling kentara adalah saat dia melontarkan twit di Twitter: "Alhamdulillah, terkumpul 60 miliar. Disalurkan 14 miliar."
Twit yang tanpa tendensi itu lalu dibaca oleh warganet sebagai cara Eko menyerang Ustaz Adi Hidayat yang tengah mengumpulkan donasi untuk Palestina. Hal ini beralasan karena angka dan momennya sama.
Twit-nya ini sempat dia ralat. Angka 60 miliar, dia ganti menjadi 30 miliar. Tapi, ralat ini justru semakin menebalkan konteks bahwa twit ini menyerang Adi Hidayat.
"Kemudian, twit saya ini digoreng seolah-olah saya memfitnah Ustaz Adi Hidayat. Dan reaksinya luar biasa, sampai ada tagar #TangkapEko. Kok bisa kaya gini," kata dia.
Eko sebenarnya tak mau bermain di ranah berbahaya semacam ini, tapi dia tak punya pilihan. Dia tak mau masyarakat Indonesia digiring pada perpecahan berbasis agama.
"Kita deg-degan sebenarnya. Gak bisa tidur loh. Ini yang pertama loh (saya dilaporkan)," kata dia.
Ingin melihat acara ini secara lengkap, tayangan Kick Andy Double Check ini bisa ditonton ulang di kanal medcom.id maupun di kanal Youtube Metrotvnews. (Nuansa Islami)
Jakarta: Saluran Youtube Cokro TV kerap viral karena bermain di ranah konten yang sensitif. Kali ini, tiga punggawa Cokro TV blak-blakan dalam acara Kick Andy Double Check. Mereka adalah Ade Armando, Denny Zulfikar Siregar, dan Eko Kuntadhi.
Host Kick Andy Double Check, Andy Flores Noya, mengundang tiga orang ini untuk mengetahui apa rasanya menjadi orang yang kerap digugat. Ketiganya adalah aktivis media sosial yang tengah disorot belakangan ini.
Ketiga orang ini dinilai paling vokal dan lantang, bahkan dianggap kelewat berani, saat mengingatkan soal ancaman radikalisme dan intoleransi di Indonesia. Andy mencoba menggali apa motivasi mereka bermain di ranah bahaya.
"Dalam hal-hal tertentu, bahkan terkesan menabuh genderang perang," kata Andy saat membuka acara Kick Andy Double Check di
Metro TV yang tayang pada Minggu, 20 Juni 2021 malam.
1. Ade Armando

Aktivis yang juga dosen di Universitas Indonesia, Ade Armando, mengungkap alasan kenapa dia tak kenal takut. Kehadirannya adalah untuk melawan pernyataan-pernyataan yang penuh kebencian.
"Mereka harus ada yang meng-
counter, men-
challange. Harus ada orang yang berani mengatakan, kalian itu jahat. Kami pun siap kalau mau debat," kata Ade.
Karena keberaniannya ini, Ade mengaku sudah sering digugat. Terhitung sudah 10 kali dia digugat karena pernyataannya yang terlalu lantang.
"Saya dituntut, dilaporkan, karena dianggap menodai agama. Menista agama.
It doesn't make sense," kata dia.
Namun, tuntutan itu toh tak pernah terbukti. Saking seringnya dilaporkan dan dipanggil polisi, Ade sampai hafal pertanyaan-pertanyaan polisi.
Bukannya lebih tenang, Ade yang kerap lolos dari segala tuntutan itu justru semakin diserang. Dia dianggap mendapat
beking dari penguasa. "Nah, itu (saya bingung). Saya
kan gak ada hubungannya sama
beking," ujar dia.
Andy sempat menggoda Ade dengan pertanyaan menggelitik. "Artinya, semakin Anda banyak diadukan, maka semakin bangga karena tak ada yang terbukti?".
Sambil tersenyum, Ade justru bilang kalau itu melelahkan. "Sebanyak 10 kali diadukan itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Setiap kali ada beritanya, aduh... harus dipanggil polisi, harus datang berjam-jam," ujar dia.
2. Denny Zulfikar Siregar

Tak beda jauh dengan Ade, Denny juga berada dalam situasi yang sama. Dia menyatakan harus bersuara untuk melawan hal-hal yang menurutnya bertentangan dengan moral.
"Ukurannya (untuk berani bersuara) adalah moral. Kita tak berurusan dengan isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Kita hanya berurusan dengan perilaku orang," kata dia.
Denny mencontohkan, ketika bicara tentang ustaz yang suka memanipulasi jemaahnya, maka dia harus bersuara. "Kita tak bicara soal ustaz ini berasal dari suku apa, tapi apa yang dia ucapkan dan menjadi salah di mata kita," ujarnya.
Sama seperti Ade, cara dia melawan hal-hal yang bertentangan dengan moral, banyak membuat orang meradang. Alhasil, dia banyak dilaporkan ke polisi.
"Saya pernah digugat 700 pengacara hanya karena bicara masalah santri calon teroris," ujarnya.
Bahkan di Tasikmalaya, Jawa Barat, hampir setiap hari orang mendemo kantor Polres Tasikmalaya meminta Denny dipenjara.
"Mereka mendesak agar saya harus ditangkap. Mereka tak mengerti yang namanya proses," ujarnya.
Tapi, Denny tetap saja bisa bebas karena tuduhan itu tak terbukti. Sama saja dengan Ade, bukannya dibela, dia malah semakin dibenci dan dicaci.
"Kalau kita tak masuk penjara, mereka lalu bangun
framing baru Denny dibekingi penguasa. Kebal hukum," ujarnya.
3. Eko Kuntadhi

Eko Kuntadhi juga punya cerita menarik bagaimana dia dikejar-kejar orang yang membencinya. Salah satu yang paling kentara adalah saat dia melontarkan
twit di Twitter:
"Alhamdulillah, terkumpul 60 miliar. Disalurkan 14 miliar."
Twit yang tanpa tendensi itu lalu dibaca oleh warganet sebagai cara Eko menyerang Ustaz Adi Hidayat yang tengah mengumpulkan donasi untuk Palestina. Hal ini beralasan karena angka dan momennya sama.
Twit-nya ini sempat dia ralat. Angka 60 miliar, dia ganti menjadi 30 miliar. Tapi, ralat ini justru semakin menebalkan konteks bahwa
twit ini menyerang Adi Hidayat.
"Kemudian,
twit saya ini digoreng seolah-olah saya memfitnah Ustaz Adi Hidayat. Dan reaksinya luar biasa, sampai ada tagar #TangkapEko. Kok bisa kaya gini," kata dia.
Eko sebenarnya tak mau bermain di ranah berbahaya semacam ini, tapi dia tak punya pilihan. Dia tak mau masyarakat Indonesia digiring pada perpecahan berbasis agama.
"Kita
deg-degan sebenarnya.
Gak bisa tidur
loh. Ini yang pertama
loh (saya dilaporkan)," kata dia.
Ingin melihat acara ini secara lengkap, tayangan Kick Andy Double Check ini bisa ditonton ulang di kanal
medcom.id maupun di kanal Youtube Metrotvnews.
(Nuansa Islami) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)